Pemerintah mengimbau kepada seluruh pengusaha wajib memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi pekerja di tengah pandemi virus corona.
Menanggapi itu, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan pihaknya sebetulnya ingin memberikan THR namun sulit untuk dilakukan karena minimnya pemasukan.
"Pengusaha melihat kemungkinan bisnis belum pasti sehingga untuk THR ini sangatlah berat. Kita mau (memberikan THR) tapi bagaimana memberikan kalau dana cash-nya nggak ada. Saat ini kan kami kesulitan dananya karena nggak ada pemasukan," kata Budi kepada detikcom, Selasa (7/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemungkinan perusahaan yang tidak bisa memberikan THR adalah bisnis-bisnis yang sudah tidak beroperasi sama sekali seperti bioskop, salon, hingga tempat permainan anak.
"Mungkin kalau yang tutup beneran nih, nggak bisa bayar. Tapi yang formatnya toko obat, supermarket, minimarket, masih bagus. Kalau yang sama sekali tutup seperti bioskop, salon, termasuk permainan saya nggak tahu nih. Mereka kan kondisi keuangannya tidak sebagus yang masih buka," sebutnya.
Budi menjelaskan, pendapatan perusahaan akan habis untuk membayar gaji karyawan dua kali lagi sebelum memberikan THR. Sedangkan jika harus ditambah memberikan THR, ia pun bingung uangnya dari mana.
"Pasti (pendapatan) habis kan untuk gaji dulu, paling nggak gaji untuk April dulu itu kan harus dibayar. Jadi April bayar, Mei bayar gaji lagi, nah THR-nya nggak tahu dari mana. Saya takutnya dananya nggak ada kalau pemasukan nggak ada, kalau kondisi masih seperti ini," ucapnya.
(ara/ara)