Stimulus Rp 405 T Buat Lawan Corona? Masih Kurang!

Stimulus Rp 405 T Buat Lawan Corona? Masih Kurang!

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 20 Apr 2020 16:02 WIB
BUMN percetakan uang, Perum Peruri dibanjiri pesanan cetak uang dari Bank Indonesia (BI). Pihak Peruri mengaku sangat kewalahan untuk memenuhi pesanan uang dari BI yang mencapai miliaran lembar. Seorang petugas tampak merapihkan tumpukan uang di cash center Bank Negara Indonesia Pusat, kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (21/10/2013). (FOTO: Rachman Haryanto/detikFoto)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia dari pandemi COVID-19 pemerintah sudah mempersiapkan anggaran stimulus dengan total Rp 405 triliun. Pertanyaannya apakah anggaran sebesar itu sudah cukup?

Peneliti Senior Institute of Developing Entrepreneurship (IDE) Sutrisno Iwantono menilai, stimulus yang disiapkan pemerintah sudah tepat dan sangat menolong para pelaku ekonomi. Namun permasalahannya adalah implementasinya.

"Karena delivery-nya sangat lambat. Kayaknya sih sistem birokrasi atau ada kelambanan lain ya. Kita terus dorong pemerintah agar bergerak lebih cepat," tuturnya dalam wawancara dengan detikcom, Senin (20/4/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, dari sisi jumlah anggaran, Sutrisno menilai stimulus tersebut juga masih jauh dari kata cukup. Angka sebesar Rp 405,1 triliun hanya sekitar 2,8% dari PDB.

"Negara lain jauh lebih besar dari itu. Pandemi ini masih lama, Pak Jokowi aja memperkirakan sampai akhir tahun. Saya perkirakan malah lebih panjang dari itu. Selama vaksin belum ditemukan maka virus Corona itu akan mengunci kita di rumah dan mengunci juga kegiatan ekonomi. Kalaupun ekonomi ada yang jalan, pasti jauh dibanding keadaan sebelum wabah Corona," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Dia mencontohkan Singapura dan China yang mengabarkan kasusnya mereda, kini menghadapi wabah COVID-19 gelombang kedua. Itu artinya tidak ada prediksi pasti tentang kapan wabah ini benar-benar hilang.

"Selama penantian ini kan stimulus ekonomi tetap diperlukan, kalau tidak ekonomi masyarakat dan dunia usaha semakin runtuh dan ekonomi akan dalam ancaman krisis yang parah," ucapnya.

Menurutnya, perlu ada perhitungan yang rinci untuk jumlah anggaran stimulus untuk penanganan COVID-19 dan dampaknya. Misalnya berapa untuk untuk sektor kesehatan, dukungan pekerja informal, pengangguran, UMKM hingga anggaran untuk pemulihan ekonomi ketika wabah berakhir.

"Pasti untuk bangkit lagi dunia usaha memerlukan suntikan energi pendorong. Kadin menghitung besarnya stimulus di angka Rp 1.600 triliun. Angka Kadin ini mirip dengan angka rata-rata stimulus negara lain yang berkisar di angka 10% dari PDB. Bisa jadi kebutuhan kita lebih besar dari itu, mungkin angka Rp 2.000 triliun diperlukan, terutama apabila jangka waktunya berkepanjangan. Jepang minggu lalu memutuskan stimulus sebesar 108 triliun yen atau sekitar 20% dari PDB-nya," terangnya.

Tak hanya Jepang, lanjut Sutrisno, Australia menganggarkan 10,9% dari PDB, Jepang 20%, Malaysia 10%, Singapura 10,9% dan Amerika 10,5%.

Untuk sumber dananya menurut dia ada beberapa alternatif seperti melakukan pinjaman ke Bank Indonesia (BI) melalui misalnya Quantitative Easing (QE), atau dengan kata lain cetak uang.


Hide Ads