Kementerian Keuangan AS mengatakan pihaknya telah mencairkan dana bantuan US$ 2,9 miliar setara Rp 45 triliun (kurs Rp 15.500/US dolar) untuk membantu maskapai dalam penggajian karyawan. Bantuan ini akan dikirimkan ke 54 maskapai penumpang lokal dan dua maskapai penerbangan besar.
Selain itu, Treasury mengatakan telah menyelesaikan perjanjian hibah dengan Allegiant Air, American Airlines Group Inc, Delta Air Lines Inc, Southwest Airlines Co, Spirit Airlines Inc, dan United Airlines Holdings Inc.
Secara total, Treasury telah memberikan dana kepada maskapai penerbangan AS senilai US$ 25 miliar (Rp 390 triliun) yang diperuntukkan untuk biaya penggajian.
Maskapai penerbangan yang mendapat dana bantuan di atas US$ 100 juta (Rp 1,5 triliun) harus dapat membayar 30% dari dana pinjaman tersebut. Sementara itu, maskapai yang hanya mendapat dana bantuan kurang dari US$ 100 juta tidak perlu mengembalikan dana yang sudah didapat
Setelah mendapatkan dana bantuan maskapai diimbau tidak dapat memberhentikan karyawan sebelum 30 September dan harus menyetujui pembatasan pengembalian dana, kompensasi eksekutif, dan dividen.
Treasury masih mempertimbangkan bagaimana cara memberikan dana US$ 4 miliar (Rp 62 triliun) dalam bantuan penggajian untuk operator kargo dan US$ 3 miliar (Rp 46 triliun) untuk kontraktor bandara.
Southwest mengatakan akan menerima bantuan setengah dari total US$ 3,2 miliar (Rp 49 triliun) dan sisanya diangsur selama Mei, Juni dan Juli.
Sementara, United Airlines mengatakan pihaknya sedang mencari pinjaman US$ 4,5 miliar (Rp 70 triliun). Diikuti American Airlines mengatakan maskapai telah mengajukan pinjaman US$ 4,7 miliar (Rp 73 triliun) kepada pemerintah. Begitu juga Alaska dan Horizon telah mengajukan pinjaman US$ 1,1 miliar (Rp 17 triliun).
Dilansir dari Reuters, Selasa (21/4/2020), maskapai AS telah menyalami anjlokan permintaan perjalanan sebesar 95% akibat krisis pandemi virus Corona.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional memperkirakaan kerugian maskapai global dari pandemi virus Corona telah naik menjadi US$ 314 miliar (Rp 4.899 triliun), 25% lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
(hns/hns)