British Airways Siap PHK 12.000 Pegawai

British Airways Siap PHK 12.000 Pegawai

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 29 Apr 2020 10:03 WIB
British Airways
Foto: British Airways (iStock)
London -

Maskapai asal Inggris, British Airways (BA) akan memangkas lebih dari 12.000 pekerja. Kebijakan ini dilakukan karena krisis keuangan yang terus meningkat akibat pandemi virus Corona (COVID-19).

CEO British Airways Alex Cruz mengatakan, prospek sektor penerbangan telah memburuk dalam beberapa minggu terakhir dan langkah-langkah yang diambil untuk menghemat uang tidak cukup untuk menutupi kerugian maskapai.

Pasalnya hingga saat ini kebijakan lockdown di beberapa negara berdampak pada larangan penerbangan. Hal tersebut mengancam maskapai diambang kebangkrutan.

Sebelumnya BA telah memberhentikan 30.000 karyawan dengan 80% dari gaji bulanan hingga akhir Mei. Gaji karyawan ditanggung pemerintah Inggris sebesar Β£ 2.500 setara Rp 48 juta (Rp 19.200/ pound sterling UK)

Menurut Cruz kini tidak ada lagi dana talangan dari pemerintah dan Ia khawatir tidak bisa membayar jika terus mengharapkan dana pinjaman. Ia juga menegaskan dana pinjaman tidak akan cukup untuk menanggulangi krisis keuangan jangka panjang.

"Skala tantangan ini membutuhkan perubahan besar sehingga kita berada dalam posisi kompetitif dan tangguh. Tidak hanya untuk mengatasi pandemi COVID-19. Tetapi untuk menahan guncangan ekonomi atau peristiwa lain yang dapat mempengaruhi maskapai, "tambahnya Cruz

Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional, krisis keuangan yang semakin meningkat pada sektor penerbangan dapat menyebabkan pendapatan anjlok sebanyak 55% tahun ini, atau sekitar US$ 314 miliar. Akibatnya beberapa maskapai berusaha mencari dana talangan pemerintah akibat tekanan keuangan di tengah pandemi Corona.


Induk maskapai BA, International Airline Group (IAG), mengatakan pendapatan kuartal pertamanya turun 13% menjadi € 4,6 miliar (Rp 88 trliun) dengan total kerugian € 535 juta (Rp 10 triliun). IAG memperkirakan kerugian pada kuartal kedua akan jauh lebih buruk.

Lufthansa, yang punya maskapai di Jerman, Swiss, Austria dan Belgia, telah mengurangi operasi armadanya dan menutup salah satu maskapainya.

Hal paling buruk telah terjadi pada Virgin Australia. Pekan lalu resmi melaporkan bahwa mereka menyerah atas tekanan keuangan akibat dampak dari virus Corona dan mendaftarkan kebangkrutan. Sementara, Virgin Atlantic masih berjuang dengan mencari investor asing demi bertahan pada krisis ini.




(ang/ang)

Hide Ads