Survei penyedia data dan infrastruktur pasar keuangan global, Refinitiv memperkirakan tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) telah mencapai 16,1%. Persentase ini menjadi level tertinggi sejak 1939.
Penutupan di berbagai sektor bisnis memaksa perusahaan mengeluarkan kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam skala besar.
Pengangguran di Negeri Paman Sam akan terus melonjak. Mengingat ini bagian dari pemulihan ekonomi akibat dampak virus Corona (COVID-19).
Sejak pertengahan Maret lebih dari 30 juta orang Amerika Serikat (AS) telah mengajukan klaim tunjangan pengangguran. Puncak pengangguran terjadi pada April lalu. Asumsinya bahwa sebagian besar orang AS yang menganggur akan dapat kembali bekerja dalam waktu dekat.
Ekonom Senior AS di Capital Economics Andrew Hunter bahkan memperkirakan tingkat pengangguran bisa melonjak hingga 20%. Namun jika situasi sudah pulih dan banyak orang kembali bekerja maka tingkat pengangguran bisa turun ke 10%.
"Sebagian besar bekerja tampaknya dirumahkan sementara, tidak kehilangan pekerjaan secara permanen. Ada peluang mereka akan kembali bekerja dan dapat gaji lagi setelah lockdown selesai," kata Hunter. Dikutip dari CNN, Senin (4/5/2020).
Tetapi tingkat pengangguran 10% masih sangat tinggi. Tingkat pengangguran pada Februari lalu mendekati level terendah di bawah 3,5% selama 50 tahun. Sebelum melonjak menjadi 4,4% pada Maret lalu.
S&P 500 mencatat sejauh ini, sebagian besar saham mencapai titik terbaiknya pada April sejak 1987. Tetapi tingkat pengangguran diperkirakan akan terus memburuk, terutama karena meningkatnya ketegangan geopolitik yang terus berlanjut. Banyak perusahaan memperingatkan investor bahwa beban usaha akan sulit di ekonomi ke depannya.
Tingkat Pengangguran AS Terparah Sejak 1930
Senin, 04 Mei 2020 12:25 WIB

London -