Mentan Jamin Tak Bohongi Jokowi soal Data Pangan

Mentan Jamin Tak Bohongi Jokowi soal Data Pangan

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 05 Mei 2020 05:00 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melakukan rapat kerja (raker) dengan Komisi IV DPR-RI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo/Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta -

Pekan lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan puluhan provinsi mengalami defisit pangan pokok seperti beras, bawang merah, bawang putih, gula, cabai besar dan rawit, jagung, dan telur. Penyataan Jokowi tersebut disinggung oleh anggota Komisi IV DPR RI dalam rapat kerja dengan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo kemarin.

Menurut anggota Komisi IV DPR RI Muslim dari fraksi Demokrat, ada perbedaan pendapat antara Jokowi dengan Syahrul.
οΏΌ
"Menyangkut data ini menjadi perhatian khusus. Apa yang disampaikan Pak Menteri dengan Presiden ini suka bertolak belakang. Kami minta persoalan data ini ke depan betul-betul bisa dikelola dan dimaksimalkan. Ini sangat substansi karena menyangkut bantuan pemerintah terhadap hajat hidup masyarakat," kata Muslim dalam rapat kerja virtual, Senin (4/5/2020).

Lebih lanjut, anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan dari fraksi PKS mempertanyakan pernyataan Syahrul soal stok pangan di Indonesia. Ia mengatakan, Syahrul selalu menyebut stok aman, sementara Presiden Jokowi mengungkapkan ada defisit pangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam setiap raker kita dengan Pak Menteri, bapak selalu menyampaikan bahwa stok kita aman, stok kita aman, stok kita aman. Tetapi dalam ratas terakhir Presiden menyampaikan ada 17 provinsi, 88 kabupaten/kota, 936 kecamatan yang masuk dalam rawan pangan kronis. Bahkan 31 provinsi mengalami defisit pangan.Sementara Pak menteri selalu mengatakan stok aman-stok aman," ujar Johan.

Namun, Syahrul menepis adanya perbedaan data pangan antara dirinya dengan Jokowi. Syahrul menegaskan, baik Jokowi maupun Kementerian Pertanian (Kementan) hanya menggunakan satu data yakni dari Badan Pusat Statistik (BPS).

ADVERTISEMENT

"Apakah ada yang berbeda data Menteri Pertanian dengan Bapak Presiden? Atau apakah data Bapak Presiden berbeda dengan pertanian? Jawaban saya, tidak. Data yang dipegang Bapak Presiden dan Menteri Pertanian adalah satu, data itu dari BPS," kata Syahrul dalam rapat kerja virtual tersebut.


οΏΌ
Ia menegaskan, data defisit pangan di beberapa wilayah yang dibeberkan Jokowi merupakan data yang sama dengannya.

"Kami jamin persis, saya tidak membohongi Presiden, dan Presiden betul-betul menggunakan data yang ada," tegasnya.

Mentan Pastikan Stok Pangan Nasional Surplus

Syahrul mengakui memang ada beberapa provinsi yang mengalami defisit beberapa komoditas pangan seperti apa yang diungkapkan Jokowi. Namun, jika dihitung produksi dengan kebutuhan secara nasional, maka hasilnya surplus.

Ia menjelaskan misalnya ada satu provinsi yang defisit beras, maka provinsi lain yang merupakan sentra produksi akan memasok panennya ke daerah yang kekurangan beras tersebut.

"Dalam negara yang besar ini pasti. Apa saja komoditas itu, pasti ada yang defisit, ada yang sentra produksinya. Tetapi bagaimana menyikapi? Yang selalu saya kemukakan adalah surplus dalam neraca pangan nasional, kemudian neraca yang kemudian ada daerah defisit, di situlah peranan-peranan kita melakukan distribusi," tutur Syahrul.

Ia memastikan data surplus yang selalu dikemukakan pihaknya bukanlah data yang mengada-ngada. Hanya saja, ia meminta dalam hal distribusi pangan, semua kementerian/lembaga turut membantu melancarkannya.

"Saya yakin hasil hitung-hitungan kita masih kuat. Mudah-mudahan saja alam masih berpihak dengan kita. Distribusi harus kita percepat," imbuh dia.



Simak Video "Video: kala Jokowi Antar Cucu Liburan di Tengah Masa Penyembuhan"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads