Pelemahan daya beli masyarakat Indonesia berdampak besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kuartal I-2020, ekonomi nasional tumbuh melambat di angka 2,97% atau terkontraksi 2,41% dibandingkan kuartal IV-2019.
Daya beli atau tingkat konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan ekonomi tanah air, kontribusinya sekitar 56%. Konsumsi rumah tangga sendiri hanya tumbuh di level 2,84% dibandingkan kuartal I-2019 yang sebesar 5,02%.
"Perekonomian Indonesia dari pengeluaran didominasi konsumsi rumah tangga dan PMTB. Sehingga, menjaga daya beli konsumsi rumah tangga jadi sesuatu penting, karena itu pemerintah berusaha keras untuk mengendalikan inflasi," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam paparannya via video conference, Jakarta, Selasa (5/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kontribusi terbesar kedua, berdasarkan data BPS sekitar 32% disumbang oleh investasi, lalu lalu 18% dari ekspor, sekitar 6% berasal dari konsumsi pemerintah, dan 1,36% dari konsumsi LNPRT, dan seluruhnya dikurangi oleh impor yang minus sekitar 18%.
Jika dilihat dari kuartal per kuartal (q-to-q), seluruh komponen pengeluaran negatif. Di mana, konsumsi rumah tangga berada di level -1,97%, konsumsi LNPRT pun -2,10%, konsumsi pemerintah -44,02%, investasi -7,89%, ekspor -6,37%, dan impor -11,89%.
Sedangkan dilihat dari tahun ke tahun (year on year/yoy) alias perbandingan kuartal I-2020 dengan kuartal I-2019, konsumsi rumah tangga berada di level 2,84% atau turun drastis dari 5,02%. Untuk investasi tumbuh melambat di 1,70% dari sebelumnya 5,03%. Sedangkan ekspor masih tumbuh 0,24% dari sebelumnya negatif -1,58%, konsumsi pemerintah berada di angka 3,74% dari sebelumnya 5,22%. Untuk konsumsi LNPRT minus -4,91% dari yang tadinya tumbuh 16,96%.
"Konsumsi rumah tangga melambat cukup dalam, pada kuartal I-2019 masih 5,02%. Porsi konsumsi rumah tangga sangat besar sehingga menggeret ke bawah," jelasnya.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menjadi penyebab daya beli masyarakat alias tingkat konsumsi rumah tangga lesu.
"Merosotnya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh PSBB," kata Kepala BKF Kemenkeu, Febrio Kacaribu dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (5/5/2020).
Febrio mengatakan, dalam komponen konsumsi rumah tangga masih ada beberapa yang mengalami peningkatan, seperti konsumsi kesehatan, pendidikan, perumahan, serta perlengkapan rumah tangga. Namun itu semua tidak mampu mengimbangi penurunan konsumsi pakaian, alas kaki, jasa perawatan, serta transportasi dan komunikasi.
Baca juga: PSBB Buat Daya Beli Warga RI Loyo |
Untuk mengatasi perlambatan itu khususnya konsumsi rumah tangga, Febrio mengatakan dengan mempercepat penyaluran bansos di kuartal II-2020. Sementara di sisi produksi, program pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk UMKM menjadi sangat kritikal dan perlu dilaksanakan secepatnya.
"Dengan bantalan pada kedua sisi ini, pemerintah berharap membantu meringankan tekanan terhadap rumah tangga dan pelaku usaha, terutama ultra mikro dan UMKM," katanya.
Tidak hanya itu, pemerintah juga akan menyiapkan berbagai skenario dampak pandemi COVID-19 terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Febrio, setiap data baru akan digunakan untuk memutakhirkan asesmen pemerintah terhadap kondisi perekonomian riil dan sosial masyarakat. Tujuannya agar pemerintah dapat memformulasikan langkah antisipasi secara cepat dan tepat.