Pemerintah Gencar Guyur Bansos, DPR Soroti 'Isinya'

Pemerintah Gencar Guyur Bansos, DPR Soroti 'Isinya'

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 10 Mei 2020 06:00 WIB
DPR mengapresiasi sejumlah Bansos yang sudah dibagikan dan sedang disiapkan oleh pemerintah pusat dan daerah bagi warga yang terdampak penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Foto: lamhot aritonang
Jakarta - Pemerintah dan masyarakat umum ramai-ramai menggelontorkan bantuan sosial dalam berbagai bentuk ke masyarakat yang membutuhkan di tengah melambatnya aktivitas ekonomi di tengah pandemi virus Corona. Salah satu yang banyak disalurkan adalah paket makanan atau sembako.

Anggota komisi IV DPR Luluk Nur Hamidah mengingatkan, meski punya tujuan baik, namun penyaluran bansos diminta tak asal-asalan. Ia menyoroti 'isi' paket bantuan pangan yang umumnya didominasi produk instan. Sebut saja mi instan, sarden dan susu kental manis adalah produk-produk yang kerap disertakan dalam bantuan sembako.

Menurutnya, meski membutuhkan pasokan pangan, namun harus diperhatikan juga kebutuhan nutrisi bagi masyarakat penerima bansos ini. Karena, sambung dia, hal ini berhubungan dengan imunitas atau daya tahan tubuh di tengah pandemi Corona ini.

"Orang sakit butuh makan, orang sehat juga butuh makan. Artinya kebutuhan pangan tidak berkurang, tapi produksi mengalami gangguan," ujar Luluk.

Kondisi tersebut jelas akan berdampak terhadap kurangnya pasokan bahan pangan untuk keluarga. Dijelaskan Luluk, bila ditingkat keluarga sudah mengalami kelaparan, maka yang pertama akan terdampak adalah anak mengingat anak-anak adalah anggota keluarga yang sangat rentan.

Oleh karena itu, penyertaan susu kental manis dan makanan instan lainnya di dalam bantuan sembako untuk masyarakat terdampak COVID-COVID-19 harus bisa digantikan dengan bahan pangan lain yang dapat memenuhi nilai gizi keluarga.

"Yang paling ideal adalah, pasti ada beras. Tapi kalau didaerah tersebut ada pangan lokal yang biasa dikonsumsi masyarakat, misalmya sagu, jagung atau sorgum, itu bisa dimasukkan. Inilah yang disebut diversifikasi pangan. Pentingnya diversifikasi pangan ini juga untuk menyerap hasil-hasil dari daerah setempat, seperti ikan baik darat dan laut. Kenapa di dalam paket ada mi instan dan susu kental manis dan tidak diganti saja dengan protein yang langsung bisa diproduksi oleh nelayan kita?" tandas Luluk.

Senada dengan Luluk, Kasubdit Pengelolaan Konsumsi Gizi Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes Dyah Yunniar Setiawati, SKM, MPS membenarkan bantuan sosial untuk masyarakat terdampak COVID-COVID-19 masih jauh dari aspek pemenuhan gizi masyarakat.

"Sekarang bagaimana agar ketersediaan pangan bisa diakses oleh masyarakat. Harapannya, keluarga-keluarga yang telah menerima bantuan dapat memenuhi kebutuhan yang lain, terutama kebutuhan protein untuk anak," ujar Dyah.

"Susu kental manis bukan produk susu, ini salah kaprah. Sebaiknya dalam bantuan tidak ada susu kental manis," pungkas Dyah.


(dna/dna)

Hide Ads