Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menerangkan, pertumbuhan ekonomi merupakan akibat. Lalu apa yang menjadi penyebabnya?
"Sebabnya itu bisa beragam untuk pertumbuhan ekonomi kuartal I yang cuma 2% itu salah satunya disebabkan karena melambat pertumbuhan konsumsi rumah tangga dari 5% di kuartal I-2019 menjadi 2% di Q1-2020," terangnya kepada detikcom, Minggu (10/5/2020).
Daya beli atau tingkat konsumsi rumah tangga memang memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan ekonomi tanah air, kontribusinya sekitar 56%. Konsumsi rumah tangga sendiri hanya tumbuh di level 2,84% dibandingkan kuartal I-2019 yang sebesar 5,02%.
"Lalu kenapa pertumbuhan konsumsi bisa melambat ya salah satunya karena daya beli masyarakat berkurang, sehingga keinginan untuk melakukan konsumsi tidak seantusias tahun lalu," tambahnya.
Pertumbuhan ekonomi yang melambat juga terjadi karena berkurangnya permintaan barang dan jasa. Beberapa industri pun terdampak yang kemudian melakukan PHK. Ujungnya daya beli kembali menurun.
"Dampak PHK inilah yang berdampak pada rumah tangga, pendapatan mereka tergerus," tuturnya.
Baca juga: Perlambatan Ekonomi Terasa di Pulau Jawa |
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pemerintah sendiri sudah menyiapkan skenario kondisi ekonomi tahun ini. Ada 2 skenario pertumbuhan yakni 2,3% dan skenario terburuknya kontraksi atau -0,5%.
Jika ekonomi RI di 2020 berada di skenario terburuk maka konsumsi tahun ini bisa mendekati 0%. Hal itu tentu bergantung pada kondisi pandemi yang saat ini tengah terjadi.
"Kalau di 2,3% itu artinya konsumsi masih tumbuh positif. Kalau sampai di -0,5% barangkali konsumsi sebagian mengalami pertumbuhan nyaris 0% secara over all. Kita masih punya 3 kuartal. Jadi kalau kuartal kedua memang kondisi PSBB meluas mungkin akan merosot. Kita berharap di kuartal ketiga dan keempat bisa agak sedikit pulih," terangnya.
(das/dna)