Sesuai dengan Surat Edaran Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Nomor 4 Tahun 2020 perjalanan ke luar daerah dengan kebutuhan khusus bukan mudik diperbolehkan kembali. Semua angkutan pun sudah mengoperasikan rute ke luar daerah.
Salah satunya bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Sebelumnya para pengusaha otobus (PO) mengaku terseok-seok karena tak bisa operasi, lalu apakah setelah diperbolehkan lagi akan jadi angin segar untuk PO?
Menurut Sekjen Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Haryono, pembukaan kembali operasi bus AKAP tidak berpengaruh signifikan ke kondisi PO. Pasalnya, operasional bus juga serba terbatas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir gini ya, yang bisa jalan ini juga busnya nggak banyak. Belum lagi jumlah penumpang juga dibatasi 50% aja, penumpangnya juga terbatas SE Gugus Tugas saja. Itu segarnya di mana," jelas Ateng kepada detikcom, Selasa (12/5/2020).
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengatakan beroperasinya kembali para PO sama sekali bukan untuk mengejar kebutuhan bisnis. Dia menyatakan operasional PO sekarang hanya untuk melayani kebutuhan masyarakat saja.
"Izin operasi ini melayani pergerakan masyarakat yang membutuhkan. Tidak lebih ke sisi aspek bisnisnya, kita tidak patut bicara soal bisnis dengan kondisi ini semua bisnis buntung saat ini," ujar pria yang akrab disapa Sani kepada detikcom.
Sani menjelaskan, bus yang operasi pun memang sangat terbatas. Dalam satu rute trayek hanya ada satu bus, yang dilayani satu PO saja. Dia mengatakan hanya 5% saja bus yang berjalan dari keseluruhan armada melayani perjalanan khusus bukan mudik.
"Dari situ banyak angkutan yang memang tidak bisa berjalan dari kapasitas penuh 100% paling yang jalan cuma 5%. Jadi memang kan cuma satu PO, per jurusan yang ditunjuk per hari, dan cuma boleh gunakan bus," jelas Sani.
Kondisi pengusaha angkutan darat memang cukup menyedihkan, dalam catatan detikcom, Ketua DPP Organda Adrianto Djokosoetono menyatakan pengusaha bus cuma bisa bertahan sampai Juni.
Di tengah kondisi wabah Corona kendaraan mereka tak bisa lagi beroperasi dan menghasilkan keuntungan. Terlebih lagi dengan adanya pelarangan mudik, kemungkinan akan membuat angkutannya makin tidak bisa mengangkut penumpang.
"Perusahaan ini terus terang saja kita hanya satu dua bulan lagi bisa mempertahankan kendaraan. Sebagai perusahaan transportasi aset kami sebagian besar kendaraan, ini yang sulit karena kan kami nggak pakai kendaraan untuk pribadi, dan ini nggak bisa dioperasikan," jelas Adrianto dalam diskusi online via video bersama YLKI, Rabu (22/4/2020).
(eds/eds)