RI Rajin Impor Sayuran dari China

RI Rajin Impor Sayuran dari China

Hendra Kusuma - detikFinance
Sabtu, 16 Mei 2020 04:30 WIB
bawang putih china
Foto: istimewa
Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indonesia banyak mengimpor komoditas salah satunya sayuran dari China. Total nilai impor Indonesia US$ 12,54 miliar sepanjang April 2020.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan barang HS dua digit yang paling banyak diimpor berasal dari China, terlihat nilainya mencapai US$ 762,3 juta.

"Yang mengalami peningkatan impor itu adalah ampas/sisa industri makanan, pupuk, sayuran," kata Suhariyanto dalam paparannya via video conference, Jakarta, Jumat (15/5/2020).

Suhariyanto bilang, khusus sayuran di sini adalah bawang putih dari negeri Tirai Bambu. Kemudian disusul oleh mesin dan perlengkapan elektrik, serta berbagai produk kimia.

"Yang dimaksud sayuran HS 07 adalah bawang putih, garlic yang utamanya diimpor dari Tiongkok," jelasnya.


Sementara untuk logam mulia, perhiasan permata, pria yang akrab disapa Kecuk ini mengungkapkan mengalami penurunan yang paling tajam sebesar US$ 225,2 juta. Kemudian senjata dan amunisi serta bagiannya, besi dan baja, kendaraan dan bagiannya, lalu plastik dan barang dari plastik.

Pangsa pasar impor Indonesia paling besar ke China dengan share 27,81%, lalu ke Jepang sebesar 10,57%, selanjutnya Singapura sebesar 6,46%, Thailand sebesar 6,45%, dan Amerika Serikat (AS) 5,58%.

Selanjutnya di wilayah ASEAN sharenya 20,19% dengan nilai US$ 9,19 miliar, lalu ke Uni Eropa sharenya 8,22% dengan nilai US$ 3,74 miliar.

BPS juga mencatat neraca dagang Indonesia pada April tekor. Klik halaman selanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Secara keseluruhan, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia selama April 2020 defisit US$ 350 juta. Hal itu disebabkan oleh nilai ekspor sebesar US$ 12,19 miliar dan impor sebesar US$ 12,54 miliar.

Namun BPS melaporkan kondisi neraca perdagangan Indonesia dengan AS mengalami surplus, namun dengan China defisit alias tekor selama Januari-April 2020.

Selain surplus US$ 3,58 miliar dengan AS, eraca perdagangan Indonesia dengan beberapa negara mitra juga mengalami surplus, seperti dengan India surplus US$ 2,30 miliar, dan surplus dengan Belanda sebesar US$ 757 juta.

Namun demikian, neraca perdagangan Indonesia masih tekor dengan China sebesar US$ 4,48 miliar, lalu dengan Thailand defisit sebesar US$ 1,24 miliar, dan Australia defisit US$ 754 juta.

"Tapi defisit pada Januari-April 2020 dengan beberapa negara yang ada lebih kecil dibandingkan posisi defisit Januari-April 2019," ungkapnya.


Hide Ads