Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menargetkan penerbitan diaspora bond pada November 2020. Diaspora bond ini menjadi salah satu jurus pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pendanaan penanggulangan COVID-19 di Indonesia.
Direktur Surat Utang Negara DJPPR, Deni Ridwan mengatakan surat utang negara (SUN) ini hanya ditujukan oleh para masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri dan warga negara asing (WNA) yang memiliki keturunan nasional.
"Mengenai rencana penerbitan diaspora, saya mau disclaimer kalau sekarang kita belum menjual. Karena masih kita matangkan, karena salah satunya untuk mendapat masukan dari diaspora," kata Deni melalui video conference, Jakarta, Kamis (4/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana penerbitan diaspora bond ini, kata Deni akan dalam denominasi rupiah dengan mempertimbangkan transaksi melalui sistem elektronik alias e-SBN. Dimana pembayarannya dilakukan melalui bank, kantor pos, hingga lembaga persepsi yang sebagian besar hanya bisa menggunakan mata uang Garuda.
Mengenai strukturnya, diaspora bond direncanakan memiliki tenor selama tiga tahun fixed rate dan non tradeable. Adapun minimal pemesanan mulai dari yang minimal Rp 5 juta sampai maksimal Rp 5 miliar.
"Target investornya adalah diaspora WNI dan diaspora WNA, diaspora WNA itu adalah eks WNI, eks anak WNI, dan WNA yang orang tuanya WNI," jelasnya.
Deni bilang, diaspora bond tidak bisa dibeli oleh para diplomat Indonesia yang bekerja di luar negeri. Oleh karena itu, bagi diaspora WNI dan diaspora WNA keturunan Indonesia harus memiliki kartu masyarakat Indonesia di luar negeri (KMILN).
"Jadi syaratnya adalah KMILN, KMILN menjadi syarat untuk bisa memperoleh hal membeli diaspora bond, jadi kalau yang bekerja di KBRI secara internal tidak boleh, termasuk kami yang bekerja di DJPPR karena takut ada conflict interest, jadi ini ekslusif bagi diaspora WNI dan WNA yang memiliki KMILN," ungkapnya.
Penerbitan diaspora bond juga direncanakan akan menggandeng mitra sebagai distribusi dari perbankan, fintech, maupun perusahaan efek. Dari sisi perbankan, sebagai piloting mitra ada PT Bank Central Asia (BCA), PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Bank Negara Indonesia (BNI), PT Bank Mandiri, PT Bank Tabungan Negara (BTN), Maybank, CIMB Niaga, Panin Bank.
Sementara dari fintech, piloting mitra ada Tanamduit, Bareksa, dan Invisee. Sementara dari perusahaan efek, ada Bahana Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas Indonesia.
(hek/fdl)