Hal itu dia sampaikan dalam menyoroti perebutan nama 'Bensu' di bisnis 'I Am Geprek Bensu' yang dimiliki oleh Yangcent vs 'Geprek Bensu' yang dimiliki oleh Ruben Onsu.
Dalam perebutan tersebut, Mahkamah Agung menolak gugatan Ruben Onsu terkait nama Bensu dalam bisnis ayam geprek miliknya. Konsekuensinya, dia harus mengganti merek Geprek Bensu dengan nama lain.
"(Mengubah brand) sangat (mempengaruhi bisnisnya), karena brand itu paling penting, kalau di marketing kan paling penting," kata dia saat dihubungi detikcom, Minggu (14/6/2020).
Menurutnya amat disayangkan mengganti brand yang sudah sangat terkenal. Dia mengibaratkan mengganti brand lebih rumit ketimbang mengganti resep.
"Ruben Onsu kalau harus ganti nama nggak fair juga. Kalau harus ganti nama kasihan juga kalaupun itu punyanya dia lho," sebutnya.
Dia menjelaskan ketika suatu brand sudah disukai oleh konsumen maka amat mudah untuk memperkenalkan resep barunya agar diterima. Bahkan nantinya bisa muncul produk-produk baru dari brand tersebut.
Dia menyarankan agar kedua belah pihak berdamai dan bekerja sama kembali seperti dulu, mengingat bisnis mereka sudah berkembang dengan baik. Sayang bila harus berujung konflik.
"Sebetulnya sayang kalau gini kan ya. Memang tambah terkenal secara brand (setelah heboh di masyarakat) tapi kan efeknya nggak bagus untuk kedua belah pihak," kata dia.
Jika kedua pihak tidak mau berdamai, justru akan merugikan bisnis mereka masing-masing.
"Nah saya pikir lebih baik damai lah, bersatu lagi. Ini kan bensu kalau bisa bersatu kan bagus untuk kedua belah pihak. Dan untuk Yangcent ya ngalah dikit lah, sekarang sudah terkenal, ini sudah jadi dua (pecah kongsi), nanti lost-lost lho (sama-sama rugi). Harus dibikin win-win lah kalau menurut saya," ujarnya.
"Percuma tuntut-tuntutan bisa sampai ke Mahkamah Agung, mau kemana lagi?," tambah Hermawan.
(toy/dna)