Mantan CEO VEON, Ursula Burns, menjadi wanita kulit hitam terakhir yang pernah menjadi pimpinan perusahaan Fortune 500. Burns mengaku telah bosan dengan perusahaan di Amerika Serikat yang selalu mencari alasan untuk tidak mempekerjakan orang kulit hitam di posisi puncak perusahaan.
Saat Burns menjabat sebagai eksekutif di perusahaan percetakan Xerox pada 2010 hingga 2016 dirinya menolak kebijakan bahwa perusahaan akan membatasi kuota karyawan orang kulit hitam di perusahaan.
Kasus pembunuhan George Floyd bulan lalu telah membuat perusahaan-perusahaan resah dan memerlukan diskusi untuk menghentikan tindakan rasisme.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Burns mengatakan sejak kasus tersebut banyak eksekutif perusahaan yang menghubunginya untuk berdiskusi dan meminta nasihat untuk mendapatkan cara mengatasi rasisme dan keagamaan di perusahaan, terutama di AS.
"Dalam diskusi ini banyak yang bertanya bagaimana pendapat saya mengenai cara memberhentikan rasisme di perusahaan," kata Burns. Dikutip dari CNN, Rabu (17/6/2020).
Burns berharap tragedi ini menjadi pelajaran dan mendorong perubahan di dunia perusahaan dan kepolisian.
Tragedi pembunuhan George Floyd oleh polisi AS menambah rasa takut orang kulit hitam. Burns mengaku dirinya selama ini selalu waspada dan memiliki rasa takut kepada polisi kulit putih di AS. Bahkan dia membesarkan anaknya untuk tetap waspada kepada polisi.
"Anak-anak saya dibesarkan dengan cara itu dan menjadi paranoid tersendiri karena saya telah melihat bagaimana tindakan buruk beberapa polisi nakal kepada orang kulit hitam," jelas Burns.
(eds/eds)