Perusahaan mode terbesar kedua di dunia Hennes & Mauritz AB atau H&M merugi pada kuartal-II akibat menurunnya penjualan di tengah pandemi virus Corona. Akibatnya sejumlah toko sementara akan ditutup.
Kerugian sebelum pajak adalah 6,5 miliar krona atau setara Rp 9,9 triliun (kurs Rp 1.500/krona Swedia), lebih besar dari laba tahun lalu sebesar 5,9 miliar krona (Rp 9 triliun). Menurut data Refinitiv kerugian rata-rata H&M 6,4 miliar krona (Rp 9,7 triliun).
Dikutip dari Reuters, Jumat (26/6/2020) penjualan awal bulan Juni tercatat turun 25%. Namun, per 15 Juni lalu perusahaan melaporkan bahwa penurunan mencapai 50% pada kuartal-II.
H&M mengatakan 7% dari lebih dari 5.000 toko yang ada tetap ditutup sementara dan akan membuka sedikit toko untuk tahun ini.
Kerugian ini telah diprediksi oleh H&M sejak April lalu dan akan berlanjut hingga Mei. Perusahaan telah melakukan langkah dalam memperbaiki kerugian dari pemotongan harga dan menekan margin kotor. Bahkan untuk kuartal-III perusahaan akan meningkatkan penurunan harga yang cukup besar.
"Penyesuaian yang cepat atas kerugian ini akan menurunkan stok produksi pada kuartal kedua dibandingkan sebelumnya. Kami memprediksi kuartal-III pembelian akan meningkat. Maka kami akan menurunkan harga untuk meningkatkan pembelian," kata Chief Executive H&M Helena Helmersson.
(eds/eds)