Di era new normal, bus antarkota antarprovinsi (AKAP) sulit mendapatkan penumpang. Masyarakat pun mulai enggan menumpang bus untuk mobilisasi ke luar kota.
Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan menyebut okupansi rata-rata bus AKAP saja paling tinggi hanya 30%. Apabila dihitung dari kapasitas bus sebanyak 36 orang, jumlah penumpangnya cuma 10 orang. Tak jarang okupansinya juga lebih sedikit dari itu.
"Hari ini PO khususnya yang di Jawa, kalau dari Jakarta baru operasi 30-40%. Itu pun rata-rata 20-30% kapasitas bangku itu 34-36 orang. Coba dihitung aja berapa itu, kurang dari segitu juga sering," jelas pria yang akrab disapa Sani kepada detikcom, Selasa (30/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dalam Surat Edaran Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Nomor 11 tahun 2020 tentang pedoman dan petunjuk teknis penyelenggaraan transportasi darat pada masa adaptasi kebiasaan baru, bus hanya diperbolehkan maksimal mengangkut 70% dari kapasitas.
Sani juga mengatakan saat ini kebanyakan masyarakat masih enggan naik bus, khususnya untuk ke luar kota. Salah satu masalahnya adalah syarat wajib tes negatif Corona untuk berpergian ke luar kota, minimal dengan melakukan rapid test.
Kini, menurutnya banyak penumpang bus memilih untuk naik kendaraan pribadi ataupun mobil sewaan.
"Sekarang itu penumpang takut naik bus, justru yang terjadi masyarakat tetap jalan, tapi bukan pakai bus, pakai kendaraan pribadi atau kendaraan pribadi yang dijadikan angkutan," ungkap Sani.
"Karena mindset-nya naik bus itu diperiksa harus diperiksa a, b, c, d, e, f kayak yang diatur pemerintah," katanya.
(ara/ara)