Rincian dari 136 perusahaan tersebut, 17 sudah mencapai progres di atas 50%, sedangkan 119 masih potensi.
"Ada 7 yang sudah positif relokasi. Kemudian ada 17 yang sudah terkomunikasikan, progresnya 60% sampai 70%. Kemudian ada 119 yang masuk dalam potensi. Jadi kita bagi menjadi 3 klasifikasi," kata dia dalam pernyataan melalui video yang dipublikasikan BKPM, Rabu (1/7/2020).
Dia menjelaskan perencanaan investasi harus jelas sasarannya yang mana yang harus didahulukan. Jadi ada skala prioritas. Lebih lanjut, perusahaan yang relokasi ke Indonesia berasal dari sejumlah negara.
Untuk 7 perusahaan yang sudah lebih dulu diumumkan relokasi ke Indonesia, dia menjelaskan memang sudah ada yang eksis di sini. Jadi mereka melakukan ekspansi di dalam negeri dengan menutup pabriknya di negara lain.
"Mereka itu merelokasi pabrik-pabriknya dari negara lain seperti ada dari China, ada dari Malaysia, itu merelokasi ke Indonesia. Jadi mereka melakukan ekspansi, tetapi ekspansi tersebut dengan merelokasikan pabrik mereka di beberapa negara yang masuk ke Indonesia," jelasnya.
"Dan itu dalam perencanaan BKPM saya mengatakan bahwa relokasi, bukan melakukan ekspansi kepada apa yang sudah ada, ada lalu ditambah, nggak. Dia menutup pabrik mereka di negara lain kemudian masuk ke Indonesia seperti di China, kemudian di Malaysia, kemudian di Korea (Selatan). Itu disebut dengan relokasi," lanjut Bahlil.
Ketujuh perusahaan yang relokasi itu tidak semuanya ke Batang, Jawa Tengah. Ada yang ke Sumatera maupun bagian Jawa lainnya.
"Kalau yang 7 relokasi ini ada beberapa yang, tidak semuanya ke Batang. Ada yang ke Jawa Barat, ada yang ke Banten, ada juga yang di Sumatera Utara. Tetapi dari 7 itu ada sekitar 3 itu yang direlokasikan ke Batang," tambahnya.
(toy/dna)