Ekonom Faisal Basri menyebut warung-warung sepi karena masyarakat tak lagi membeli sembako dari warung tersebut. Penyebabnya adalah pasokan bantuan sembako dari pemerintah untuk masyarakat.
"Warung-warung itu lesu sekarang, karena apa karena rakyat penduduk miskin tidak beli dari mereka tapi dipasok pemerintah sembakonya," ujarnya dalam acara CNN Indonesia 'Jurus Jokowi Lawan Hantu Resesi' Jumat malam (3/7/2020).
Seharusnya, kata Faisal, lebih baik masyarakat diberikan uang tunai sehingga mereka bisa membeli barang sesuai dengan kebutuhannya.
"Jadi biarkan kasih rakyat uang, bagi rumah tangga yang punya anak bayi balita dia bisa lebih banyak susu, dia tak perlu beras karena kena diabet. Dia tak perlu gula karena dia kena diabet," ujarnya.
"Rakyat Indonesia ratusan juta itu kebutuhan beda-beda digelontorkan barang dalam bentuk barang, belinya dari Indofood. Jadi Indofood kenyang, warung-warung nggak dapat," imbuhnya.
Merespons hal tersebut, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menjelaskan pemerintah melihat dari cakupan yang luas, baik rumah tangga maupun pelaku usaha. Dia mengatakan, untuk rumah tangga pemerintah memberikan bantuan seperti program keluarga harapan (PKH). Program ini sudah ada di tahun-tahun sebelumnya dan dikembangkan.
"Lalu kita tambah sembako, lalu kita lihat di Jakarta Jabodetabek ada permintaan juga masyarakat yang kesusahan lalu ditambah bansos. Bansos non Jabodetabek juga ditambah, diskon listrik, lalu BLT, dana desa dan sebagainya ini dari sisi rumah tangga supaya bisa survive," ujarnya.
Untuk pelaku usaha, pemerintah juga memperhatikan hingga pelaku usaha yang paling rentan yakni ultra mikro.
"Untuk ultra mikro kita siapkan program subsidi bunga dan modal kerja tambahan yang memang akan kita dorong," ujar Febrio.
(acd/hns)