Produk eucalyptus 'antivirus' Corona yang dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian dan dibalut dengan kemasan bertuliskan 'antivirus Corona' menuai kontroversi. Produk ini dipertanyakan kebenarannya sebagai penangkal virus Corona (COVID-19).
Kementan sendiri menyatakan produk yang diproduksi dalam beragam jenis itu punya potensi 'membunuh' virus Corona. Namun, Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menegaskan produk eucalyptus yang dikembangkan pihaknya tidak pernah diklaim sebagai antivirus Corona. Berikut fakta-fakta terkait produk eucalyptus tersebut:
1. Belum Diuji Pada Sampel COVID-19
Fadjry menegaskan, produk eucalyptus yang dikembangkan pihaknya tidak pernah diklaim sebagai antivirus Corona. Pasalnya, produk eucalyptus yang dikemas dan dilabeli sebagai 'antivirus' Corona ini belum pernah diuji pada sampel asli COVID-19 (SARS-CoV-2).
"Saya tidak mengklaim COVID-19 karena kita tidak menguji pada COVID-19, kita hanya menguji kepada corona model. Karena kita punya alpha Corona, beta Corona, gamma Corona, delta Corona. Tapi COVID-19 atau SARS COVID-19 ini adalah bagian dari beta Corona," kata Fadjry dalam konferensi pers virutal, Senin (6/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Punya Izin Edar BPOM, Tapi Hanya Sebatas Jamu
Dari temuan eucalyptus itu, Kementan memproduksinya menjadi 5 produk antara lain kalung aromatherapy, minyak roll on, balsen, diffuser oil, dan inhaler. Namun, baru 3 produk yang memperoleh nomor paten Badan POM yakni kalung aromatherapy, minyak roll on, dan inhaler. Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufry mengungkapkan, ternyata izin paten yang diperoleh dari BPOM hanyalah sebagai produk jamu.
"Izin dari BPOM memang tidak menyebut antivirus, sama di roll on eucalyptus ini tidak ada menyebut, karena memang harus melalui tahapan. Izin edar ini kan jamu," jelas Fadjry.
3. Tulisan Antivirus Corona di Kemasan Hanya Untuk Prototipe dan Penyemangat Peneliti
Menurut Fadjry, produk eucalyptus yang dikemas Balitbangtan dengan tulisan 'antivirus Corona' hanyalah prototipe yang tak akan diperjualbelikan. Selain itu, alasan pihaknya menulis 'antivirus Corona' ialah sebagai penyemangat bagi para peneliti dari Balitbangtan untuk terus mengembangkan produk hingga betul-betul bisa menjadi antivirus Corona.
"Ini antivirus tulisan ini karena protoype saja. Tapi ini kita akan menuju ke sana. Jadi ini penyemangat teman-teman peneliti kita, bahwa kita akan menuju ke sana. Tapi ini kan tidak kita perjualbelikan, ini sekadar prototype yang kita miliki, seperti itu," tegas Fadjry.
Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]