Rahasia Bos Baba Rafi Bertahan di Tengah Pandemi

Rahasia Bos Baba Rafi Bertahan di Tengah Pandemi

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 07 Jul 2020 12:39 WIB
Perdana Menteri Selandia Baru Meracik Kebab
Foto: Imam Wahyudiyanta
Jakarta -

Founder & CEO Baba Rafi Hendy Setiono membeberkan rahasia bertahan di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Bos dari waralaba kebab terbesar di Indonesia itu mengatakan, ada kunci utama yang harus dimiliki para wirausaha dalam menyususn strategi bisnis di tengah pandemi ini.

Hendy mengatakan, kunci utama itu ialah menjadi bagian dari dunia digital. Pandemi yang membatasi aktivitas masyarakat di luar ini memaksa para pengusaha, khususnya di industri makanan dan minuman mencari cara untuk mendekatkan produknya langsung pada pelanggan mereka.

"Jadi kuncinya be digital. Di era pandemi nggak cukup go digital, tapi bagaimana kita benar-benar menjadi bagian dari digital itu sendiri dengan menjadi be digital," kata Hendy dalam d'Mentor Trik 'Dapur' Ngebul detikcom, Senin (6/7/2020).

Ia mencontohkan, dengan memposisikan diri menjadi bagian dari dunia digital, Hendy melihat satu peluang yang dapat diterapkan di usahanya yang ia dirikan sejak tahun 2003 itu. Ia pun membuat dapur virtual di mana Kebab Turki Baba Rafi tak memerlukan gerai offline untuk menjual produknya pada pelanggan.

"Outletnya benar-benar dapur rumahan, namun secara aplikasi yang bisa dipesan melalui online itu mereka bisa mengakses seperti yang sama dalam outletnya sendiri," jelas Hendy.

Melalui dapur virtual itu, Hendy pun bisa menghemat biaya sewa kios yang selama ini dikeluarkan, dan juga biaya operasional gerai.

"Akhirnya lebih efisien. Di sisi sewa jadi zero rent cost, di sisi operasional jauh lebih kecil dan di sisi renovasi tempat tidak perlu membangunbtempat yang mewah atau renovasi mahal, cukup dengan menjaga kebersihan dan health protocol sudah bisa membuka dapur virtual di mana konsumen memesan via aplikasi online dan driver ojol tersebut mendatangi dapur virtual tersebut untuk mengambil makanannya tanpa mengetahui lokasinya di mana," papar dia.

Buka halaman selanjutnya>>>


Menurut Hendy, langkah ini jadi jurus mutakhir dalam menyusun strategi bisnis untuk tetap eksis di tengah pandemi atau pun periode new normal. Pasalnya, melihat data transaksi, kini pendapatan perusahaannya itu 90% diperoleh dari pesanan online.

"Sebelumnya transaksi sebelum pandemi online versus offline itu 50-50% omzetnya. Tapi semenjak pandemi justru lebih banyak yang memesan secara online, jadi 90% online," tuturnya.

Selain itu, Hendy mengatakan, kunci lainnya untuk tetap bertahan ialah mempertahankan atau bahkan memperbesar anggaran untuk marketing atau promosi produk.

"Banyak yang salah kaprah, di era pandemi melakukan efisiensi termasuk budget marketing, itu justru yang akan membuat bisnisnya semakin turun karena nggak terlihat konsumen. Justru sebenarnya promosi itu harus terus dilakukan mau di kondisi normal atau pandemi. Kita harus terus melakukan marketing dan promosi," imbuhnya.

Hendy mengatakan, dalam menyusun strategi bisnis ini, wirausahawan harus dan wajib menyesuaikan target market. Jika target konsumennya generasi millenials, maka wirausahawan tersebut harus menggunakan channel marketing yang juga digunakan generasi millenials sehari-hari.

"Kalau memang target market adalah millenials, ya main di sosial media Instagram. Tapi kalau targetnya SMP-SMA, mereka bermainnya TikTok, mau nggak mau kita harus masuk. Jadi lakukan sesuai target market," pungkas Hendy.


Hide Ads