Menurut Hendy, langkah ini jadi jurus mutakhir dalam menyusun strategi bisnis untuk tetap eksis di tengah pandemi atau pun periode new normal. Pasalnya, melihat data transaksi, kini pendapatan perusahaannya itu 90% diperoleh dari pesanan online.
"Sebelumnya transaksi sebelum pandemi online versus offline itu 50-50% omzetnya. Tapi semenjak pandemi justru lebih banyak yang memesan secara online, jadi 90% online," tuturnya.
Selain itu, Hendy mengatakan, kunci lainnya untuk tetap bertahan ialah mempertahankan atau bahkan memperbesar anggaran untuk marketing atau promosi produk.
"Banyak yang salah kaprah, di era pandemi melakukan efisiensi termasuk budget marketing, itu justru yang akan membuat bisnisnya semakin turun karena nggak terlihat konsumen. Justru sebenarnya promosi itu harus terus dilakukan mau di kondisi normal atau pandemi. Kita harus terus melakukan marketing dan promosi," imbuhnya.
Hendy mengatakan, dalam menyusun strategi bisnis ini, wirausahawan harus dan wajib menyesuaikan target market. Jika target konsumennya generasi millenials, maka wirausahawan tersebut harus menggunakan channel marketing yang juga digunakan generasi millenials sehari-hari.
"Kalau memang target market adalah millenials, ya main di sosial media Instagram. Tapi kalau targetnya SMP-SMA, mereka bermainnya TikTok, mau nggak mau kita harus masuk. Jadi lakukan sesuai target market," pungkas Hendy.
(dna/dna)