Dalam raker tersebut, Mentan Syahrul Yasin Limpo beserta jajaran eselon I yang mendampinginya terlihat memakai kalung eucalyptus bertali hijau itu. Oleh karena itulah, selama rapat berlangsung kalung tersebut beberapa kali mendapatkan kritik dari anggota Komisi IV DPR RI.
Tak hanya soal kemampuan kalung dan produk eucalyptus yang diklaim Kementan memiliki potensi 'membunuh' virus Corona, tugas, pokok, dan fungsi (tupoksi) kementerian itu juga dipertanyakan dalam mengembangkan produk tersebut.
Baca juga: 3 Produk yang Diklaim Pemerintah Anti-Corona |
Usai sesi pendalaman dari para anggota Komisi IV, Syahrul berkesempatan menyampaikan tanggapannya, salah satunya ia merespons soal produk eucalyptus yang menuai kritik. Syahrul mengatakan pihaknya siap jika Komisi IV memerintahkan untuk menyetop proyek pengembangan produk 'antivirus' tersebut.
"Saya tidak akan pernah meninggalkan apa yang menjadi arah dan petunjuk Komisi IV sampai detik ini. Khusus untuk eucalyptus seperti itu. Kalau Bapak bilang berhenti ya saya berhenti," kata Syahrul di gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (7/7/2020).
Akan tetapi, Syahrul akan tetap melanjutkan pengembangan produk eucalyptus ini hingga produksi massal jika Komisi IV memberikan restu.
"Keputusan dan petunjuk Komisi IV ini menjadi pegangan saya. Saya lanjutkan kah atau tidak. Saya berhentikan saja hasil ini atau tidak. Kalau bapak support saya jalan terus, seperti apa supportnya nanti kita akan bicarakan," ungkap Syahrul.
Merespons Syahrul, Ketua Komisi IV DPR RI Sudin dari fraksi PDIP mengatakan proyek ini boleh dilanjutkan asal tidak menggunakan dana dari APBN.
"Tadi eucalyptus, tadi Pak Menteri seolah-olah menantang saya mau dilanjutkan atau tidak. Selama tudak memakai uang APBN yang tidak jelas, silakan. Tapi kalau pakai uang APBN saya tidak mau. Kalau nanti pakai uang APBN apa jadinya? Setelah gagal, yang kena siapa? Ya Pak Menteri dan saya," tegas Sudin.
Sudin juga merespons baik kerja sama Kementan dengan PT Eagle Indopharma (Cap Lang) untuk mengembangkan produk eucalyptus hingga diproduksi massal. Hanya saja, Sudin memberikan catatan. Apabila produk eucalyptus sudah diproduksi massal, Sudin meminta Balitbangtan kembali fokus pada tupoksinya yakni mengembangkan bibit untuk mendongkrak produktivitas pertanian.
"Kalau mau kerjasama dengan swasta silakan, monggo. Yang penting tidak mengganggu kinerja Litbang. Litbang yang harus dipahami adalah bagaimana memproduksi bibit yang baik. Mencari inovasi yang terbaru. Kalau bilang eucalyptus yang dipakai itu obat anti Corona, ya nggak semudah itu," kata Sudin.
(dna/dna)