WFH Bikin Ritel Pakaian Kerja Terancam Gulung Tikar

WFH Bikin Ritel Pakaian Kerja Terancam Gulung Tikar

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 13 Jul 2020 10:16 WIB
Fashion Dummies with new collection
Foto: iStock
Jakarta -

Realitas kerja dari rumah atau work from home (WFH) dengan cepat menggeser perubahan fesyen khususnya untuk pakaian profesional atau formal. Hal itu menimbulkan masalah bagi pengecer yang menjual pakaian kerja formal.

Brooks Brothers, peritel pakaian pria sekaligus pembuat pakaian 40 Presiden AS dan para bankir Wall Street, baru-baru ini mengajukan kebangkrutan mereka atau pailit akibat permintaan terhadap jas mereka anjlok di tengah pandemi COVID-19.

Sementara itu, Ascena Retail Group, pemilik rantai pakaian Ann Taylor dan Lane Bryant, mengatakan kepada Bloomberg, telah menimbang banyak opsi untuk bertahan namun tampaknya menemui kebuntuan. Ascena dilaporkan berencana menutup setidaknya 1.200 toko dari total 2.800 toko yang tersebar di AS, Kanada dan Puerto Rico.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal serupa juga dialami Men's Wearhouse. Pengecer satu ini juga dalam posisi mempertimbangkan kebangkrutan mereka.

Dengan lebih dari 10 juta pekerja di AS sudah kehilangan pekerjaan mereka dan jutaan lainnya bekerja dari rumah, membeli jas atau pakaian kerja formal, kini bukan lagi menjadi prioritas. Pakaian kantor kini menjadi lebih santai. Hal ini menunjukkan perubahan yang baru terjadi selama bertahun-tahun.

ADVERTISEMENT

"Pengajuan kebangkrutan Brooks Brothers benar-benar luar biasa. Kenyataannya adalah tren pakaian kerja telah bergeser untuk sementara waktu dan sayangnya pandemi adalah paku terakhir di peti mati," ujar Jessica Cadmus, stylist berbasis di New York yang sempat bekerja di Brooks Brothers, dikutip dari CNN Business, Senin (13/7/2020).

Rata-rata langganan Cadmus adalah seorang bankir. Menurut Cadmus, para langganannya kini lebih tertarik pada tampilan kerja yang lebih santai. "Ada perubahan besar yang terjadi pada bisnis kasual," katanya.

Tahun lalu, Goldman Sachs mempersilahkan karyawannya bebas berekspresi dengan gaya pakaiannya mereka ke kantor. Padahal, firma Wall Street selama ini terkenal dengan setelan kemeja dan berkerah saat ke kantor.

"Lalu, ketika ada COVID-19, orang-orang dipaksa bekerja dari rumah, ada penghentian mutlak alam membeli pakaian kerja formal. Penekanan dari klien saya sekarang adalah pada loungewear yang dipoles, di mana kenyamanan menjadi kuncinya," sambungnya.

Beberapa orang bahkan tidak mengganti piyama mereka. Pada Juni lalu, 47% konsumen mengatakan kepada perusahaan riset pasar NPD bahwa mereka mengenakan pakaian yang sama hampir sepanjang hari saat di rumah selama pandemi. Lalu, hampir seperempatnya mengatakan mereka suka mengenakan pakaian aktif, pakaian tidur atau loungewear hampir sepanjang hari.

"Orang-orang jelas tidak ingin berganti pakaian dua kali sepanjang hari, terutama dalam situasi seperti ini. Ini tentang memadukan dan memaksimalkan pakaian seseorang. Mereka masih ingin terlihat rapi untuk bekerja tetapi juga ingin merasa nyaman," terang Analis Industri Pakaian dari NPD, Maria Rugolo.



Simak Video "Video: Tips Manfaatkan Pakaian Tak Terpakai ala Asri Welas"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads