Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 minus 4%. Hal ini karena menurunnya aktivitas masyarakat di masa pandemi COVID-19.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan dari hasil asesmen bank sentral atas indikator terkini memang menunjukkan penurunan kegiatan ekonomi di Indonesia.
"Khususnya terjadi pada April dan Mei 2020 dan ini menunjukkan kontraksi dalam pada kuartal II-2020. Perkiraan-perkiraan kami dengan berbagai data yang ada, memang menunjukkan kontraksi ekonomi di kisaran 4%," kata dia dalam konferensi pers virtual, Kamis (16/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan BI melihat setelah bulan Juni terdapat indikator yang menunjukkan geliat perekonomian mulai naik. Beberapa indikator dini permintaan domestik menunjukkan perkembangan positif ini seperti tercermin pada penjualan ritel, Purchasing Manager Index, ekspektasi konsumen, dan berbagai indikator domestik lain yang mulai meningkat.
Kinerja ekspor Juni 2020 pada beberapa komoditas seperti besi dan baja juga membaik seiring peningkatan permintaan dari China untuk proyek infrastruktur.
Ke depan, akselerasi pemulihan ekonomi domestik diharapkan dapat membaik dengan kecepatan penyerapan stimulus fiskal, keberhasilan restrukturisasi kredit dan korporasi, pemanfaatan digitalisasi dalam kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan UMKM, serta efektivitas implementasi protokol kesehatan COVID-19 di era kenormalan baru.
"Bank Indonesia melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi," ujarnya.
(kil/ara)