Kok Bisa Ada Pramugari Banting Setir hingga Dagang Kopi?

Kok Bisa Ada Pramugari Banting Setir hingga Dagang Kopi?

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 19 Jul 2020 17:29 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Pandemi virus Corona memberikan hantaman yang sangat besar bagi maskapai. Alhasil para pekerja di industri ini menjadi korban.

Pramugari misalnya, lantaran ditutupnya penerbangan selama masa pandemi membuat mereka kehilangan pemasukan yang cukup besar. Tak bisa terbang membuat mereka harus bertahan dengan gaji pokok seadanya. Itu pun masih beruntung, ada pula yanh dirumahkan dengan gaji pokok berkurang hingga PHK.

Kondisi itu membuat para pramugari alih profesi. Seperti di Klaten misalnya sampai ada yang rela buka warung kopi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengamat Penerbangan dari Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati mengatakan, efek ditutupnya penerbangan memang sangat besar dirasakan bagi pramugari.

"Yang jual kopi itu bisa jadi yang efek bulan Maret, April, Mei. Awal Juni sempat maskapai domestik menerbangi frekuensinya cuma 10%," ujarnya kepada detikcom, Minggu (19/7/2020).

ADVERTISEMENT

Arista menjelaskan, pemasukan pramugari paling besar memang dari insentif saat terbang. Jika tidak ada penerbangan mereka hanya mendapatkan gaji pokok.

Menurutnya belum tentu semua pramugari bisa bertahan berbulan-bulan hanya mengandalkan gaji pokok. Belum lagi bagi mereka yang memiliki tanggungan cicilan.

"Kebutuhan pramugari asih muda banyak. Gaji pokok sih cuma cukup buat makan, beli bedak dan bayar kos-kosan sih," tambahnya.

Lagi pula, lanjut Arista, tak semua pramugari betah hanya berdiam diri di rumah. Alih profesi menjadi jalan bagi mereka untuk membunuh waktu.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiratmadja menambahkan, pihaknya mengacungkan jempol untuk pramugari yang tidak sungkan beralih profesi. Dia berharap para pramugari bisa bertahan di masa sulit ini.

"Itu patut kita hargai. Tapi berdasarkan data Ditjen Perhubungan Udara, kegiatan bulan Huli ini sudah 50%, semoga tidak perlu ada gelombang PHK besar," tuturnya.

Sebelumnya diberitakan Renita Firdasari (23) warga Dusun Birin, Desa Karanglo, Kecamatan Klaten Selatan tak menyerah dengan kondisinya saat ini. Pramugari maskapai pelat merah itu kini banting setir buka warung kopi Tikungan di Klaten yang laris manis.

"Jadi awalnya karena dampak Corona ini penerbangan di-lockdown semua. Nah kita jadi nggak terbang, bulan ini juga cuti lalu saya mulai rintis usaha warkop ini," kata Renita saat ditemui detikcom di warungnya, Jalan Ki Ageng Pemanahan, Gergunung, Klaten, Sabtu (18/7/2020).

Rere, sapaan karibnya, menceritakan gara-gara ada pandemi COVID pada bulan Mei 2020 dirinya dirumahkan maskapai. Rere mengaku sempat tidak bisa pulang ke Klaten karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta.

"Sempat di Jakarta tak bisa pulang, pas bisa pulang saya minta pulang sekalian cuti. Lalu dua minggu ini saya mulai usaha ini (warkop)," sambung Rere.

Rere mengaku bosan sebulan berdiam diri di rumah. Dia lalu memutar otak untuk mengisi waktu luangnya selama tidak terbang.

"Saya buka bisnis ini karena sudah kebiasaan kerja jadi kalau tidak kerja juga mau ngapain. Karena saya suka nongkrong di warung burjo saat kuliah dan adik saya juga banyak yang nongkrong jadilah saya buka warung," jelas Rere.



Simak Video "Video Cerita Unik Pramugari Bertugas saat Ramadan: Sahur di Surabaya, Buka di Arab"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads