Ekonomi Negara tetangga, Singapura resmi memasuki jurang resesi ekonomi setelah pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi yang cukup dalam di angka minus 41,2%. Bayang-bayang ini diyakini akan menghantui negara Asean lainnya termasuk Indonesia yang juga akan mengalami nasib yang sama sebagai dampak pandemi COVID-19.
IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2020 diperkirakan akan minus di kisaran 3,5%-5,1% dengan titik tengah 4,3%. Kuartal III-2020 diperkirakan minus 3% dan kuartal IV-2020 akan minus 2% dengan demikian pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diperkirakan minus 2%.
Sebagaimana diketahui, jika pertumbuhan ekonomi satu negara mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut maka dipastikan memasuki jurang resesi ekonomi yang akan menimbulkan semakin bertambahnya gelombang PHK dan pengangguran, daya beli masyarakat semakin menurun, kemiskinan semakin bertambah karena banyak masyarakat yang kehilangan mata pencaharian dan pelaku UMKM akan bertumbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dampak resesi ekonomi akan menjadi beban sosial yang harus diwaspadai dan perlu penanganan ekstra sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial yang dapat mengganggu stabilitas perekonomian dan politik. Pelaku usaha berharap agar pemerintah sigap mengantisipasi dampak resesi ekonomi yang akan kita hadapi," kata Ketua Umum DPD HIPPI DKI Jakarta Sarman Simanjorang dalam keterangan tertulis, Senin (20/7/2020).
Sarman mengimbau pemerintah agar memikirkan strategi yang dapat menjaga pertumbuhan ekonomi RI agar jangan sampai jatuh minus terlalu dalam.
"Syukur-syukur tidak mencapai dua digit, lalu bagaimana menjaga daya beli masyarakat/konsumsi rumah tangga tidak turun secara drastis yang saat ini di level 2,84% bisa naik di angka 3,5-4% sehingga mampu menahan pertumbuhan ekonomi tidak jatuh terlalu dalam," katanya.
Selanjutnya, menciptakan program padat karya untuk dapat sementara menampung para tenaga kerja yang terkena PHK. Lalu, menyediakan modal kerja untuk UMKM sehingga potensi dan kekuatan UMKM dapat dijadikan benteng dan kekuatan perekonomian nasional dalam proses pemulihan perekonomian.
"Berbagai kebijakan dan regulasi pemerintah seperti stimulus dan relaksasi benar benar berjalan di lapangan untuk membantu pengusaha dapat bertahan selama pandemik COVID-19, lalu mengevaluasi pemberian bantuan sembako menjadi bantuan tunai untuk menggerakkan konsumsi rumah tangga," tambahnya.
Terakhir, pemerintah diharapkan dapat mengerahkan semua potensi kementerian terkait untuk fokus menangani COVID-19 dan pemulihan perekonomian.
"Serta yang terakhir segera membentuk Komite Percepatan Pemulihan Perekonomian Nasional (KP3N) atau sejenisnya untuk membantu pemerintah merumuskan dan menyusun blueprint berbagai strategi, program, kebijakan yang dibutuhkan sehingga pemulihan perekonomian nasional dapat lebih cepat dan target pertumbuhan ekonomi tahun 2021 dapat tercapai di angka 4,5 -5,5%," ungkapnya.
(eds/eds)