Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengajak semua pihak untuk memakai akal sehatnya terutama terkait kelestarian ekosistem laut. Menurutnya, pihak yang tak menjaga hasil lautnya sendiri terutama yang terkategori plasma nutfah seperti benih bening lobster atau benur lobster adalah orang yang kufur terhadap nikmat tuhan.
"Kita bicara akal sehat. Kalau plasma nutfah yang kita baru bisa produksi sendiri tidak jaga, saya percaya itu yang dinamakan kufur sama nikmat tuhan," ujar Susi dalam diskusi virtual Bahtsul Masail bertajuk 'Telaah Kebijakan Ekspor Benih Lobster', Kamis (23/7/2020).
Menurut Susi, Indonesia bisa menjadi negara besar kalau sumber daya lautnya dijaga dan dikelola dengan benar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya Indonesia akan menjadi negara besar kalau lautnya bisa dikelola," tambahnya.
Ia meyakini, sumber daya laut begitu bernilai melebihi sumber daya lain seperti tambang dan minyak. Sebab tidak akan pernah ada habisnya selama dijaga dengan baik.
"Bukan seperti tambang, bukan minyak, yang kalau diambil lama-lama habis, selesai dan itu perlu modal besar, tapi kalau nature resources renewable seperti ikan, udang di laut ini adalah kita tidak perlu orang asing, tidak perlu kapal asing, tidak perlu apa dari asing, rakyat bisa (mengelola)," katanya.
Jika pemerintah mau tetap melarang ekspor benur lobster, justru bisa membuat rakyat sejahtera. Sebab, harga lobster dewasa bisa sangat mahal dibandingkan menjual benur lobster.
"Kenapa kita harus ambil bibitnya, udah gitu pakai kuota eskpor lagi. Kemudian harganya lagi, dulu waktu saya larang harganya Rp 30 ribu bahkan sampai Rp 60 ribu bibit lobsternya dari nelayan, sekarang setelah dilegalkan diatur dengan kuota nelayan cuma dapat Rp 7-15 ribu. Nanti sama seperti bawang putih seperti beras, dijual murah tapi kita harus impor, sehingga ketahanan pangan tidak ada lagi," tuturnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Simak Video "Sosok Ekonom Faisal Basri Dalam Kenangan Susi Pudjiastuti"
[Gambas:Video 20detik]