Ini yang Bikin Pengusaha Waswas Usai Anies Ungkap Kondisi Corona DKI

Ini yang Bikin Pengusaha Waswas Usai Anies Ungkap Kondisi Corona DKI

Soraya Novika - detikFinance
Minggu, 26 Jul 2020 10:00 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan sambutan disela-sela penandatanganan kerja sama (MOU) proyek pembangunan MRT fase 2A dan lingkup kerja CP201 di Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Senin (17/2/2020). CP201 melingkupi pekerjaan pembangunan dua stasiun bawah tanah yaitu Stasiun Thamrin dan Stasiun Monas dengan panjang terowongan 2,8 km dari HI ke Harmoni yang ditargetkan selesai pada Desember 2024. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Jakarta -

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut Jakarta belum aman dari virus Corona. Hal itu karena persentase positivity rate atau perbandingan total kasus dengan yang diperiksa sudah melewati batas ideal dari WHO.

"Secara kumulatif, nilai positivity rate kita adalah 5,2%, ini di bawah angka rata-rata nasional sebesar 12,3%. Ini menunjukkan bahwa nilai positivity rate di Jakarta itu masih sedikit di atas rekomendasi ideal WHO yaitu 5% atau di bawahnya. Tapi ini masih jauh di bawah batas maksimal yang pernah disampaikan WHO yaitu 10%, jadi maksimal 10%, idealnya 5%, kita 5,2%. Apakah kemudian Jakarta aman? Tidak, belum," ucap Anies melalui channel YouTube Pemprov DKI Jakarta seperti dilihat detikcom, Sabtu (25/7/2020).

Merespons hal tersebut pengusaha mengaku cukup was-was. Lantaran, omzet penjualan mereka sampai saat ini belum kembali seperti sebelum adanya pandemi COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dari sisi katakanlah penyebaran virus Corona ini yang memang pada kenyataannya di Jakarta masih belum sesuai dengan angka standar WHO, ya tentu terus terang saja bagi kita pengusaha itu sangat-sangat khawatir dan kita waswas dalam hal ini," ujar Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia ( HIPPI), Sarman Simajorang kepada detikcom, Sabtu (25/7/2020).

Kekhawatiran ini diyakininya tidak hanya dirasakan oleh para pengusaha di bidang perdagangan saja, namun mencakup seluruh sektor bisnis. Sebab, bila Jakarta masih dalam status tidak aman, tentu akan menjadi ancaman bagi aktivitas perekonomian di seluruh Indonesia. Mengingat, besarnya peran sumbangan Jakarta terhadap PDB nasional.

ADVERTISEMENT

"Dan itu bukan hanya pengusaha saja seperti ritel saya rasa hampir semua, karena itu kan nanti berpengaruh ke semuanya, karena Jakarta ini adalah kota jasa, kota perdagangan, kota pariwisata, pergerakan manusia itu adalah salah satu modal utama di Jakarta, itu lho, jadi kalau semakin manusia bergerak di Jakarta, maka semakin besar terjadi transaksi ekonomi di sana, tapi ketika itu dibatasi maka hampir semua bidang usaha akan merasakan," paparnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah. Meski khawatir, pihaknya telah siap menghadapi segala kemungkinan. Caranya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan sebaik mungkin.

"Kalau kami dari peritel dan pemilik mal, kami bahu membahu, sudah menerapkan protokol kesehatan yang sesuai dan sudah disiplin, lalu kita bisa lihat, yang paling siap untuk menerima perdagangan adalah di sektor pusat perbelanjaan dan ritel di anggota-anggota kami," kata Budihardjo.

Meski begitu, ia berharap pemerintah bisa semakin memasifkan lagi sosialisasi dan arahan ke masyarakat luas untuk taat pada protokol kesehatan.

"Seperti pakai masker, menjaga jarak, dan itu sudah dilakukan di anggota-anggota kami bekerja sama dengan anggota pusat perbelanjaan, dan bisa dilihat kita semua sudah terapkan itu, jadi memang harus pemerintah menjalankan ini ke masyarakat luas karena kami sudah menjalankan tugas kami, untuk mengamankan protokol kesehatan dan membuat ekonomi bergerak kembali," pungkasnya.




(zlf/zlf)

Hide Ads