Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini jumlahnya mencapai ratusan. Mulai dari yang bergerak di bidang energi sampai bidang kebutuhan pangan.
Namun kali ini detikcom akan membahas BUMN yang memiliki fokus bisnis lain. Seperti toko ritel, perfilman hingga percetakan.
Sarinah adalah pionir toko ritel modern di Indonesia. Salah satu perusahaan BUMN ini didirikan pada 17 Agustus 1962.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunannya digagas oleh Presiden Indonesia pertama Soekarno untuk menggerakan perdagangan produk dalam negeri dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Mengutip laman resmi sarinah.co.id Sarinah memiliki tugas sebagai pusat perdagangan dan promosi barang dalam negeri seperti hasil pertanian, industri kerakyatan dan produk usaha kecil menengah dan koperasi.
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan Sarinah awalnya juga dibuat untuk menyambut Asian Games 1962 di Jakarta.
"Sarinah juga dibangun untuk menyambut Asian Games. Waktu itu kan belum ada toko ritel seperti sekarang," kata dia saat dihubungi detikcom.
Sarinah sendiri diambil dari nama salah satu pengasuh Presiden Soekarno di masa kecil. Kesan mendalam tentang kebesaran jiwa sang pengasuh menginspirasi penyematan nama tersebut.
Bercermin pada sosok istimewa tersebut, Sarinah bertekad untuk terus menjalankan misinya sebagai mitra tepercaya bagi usaha kecil sekaligus duta bagi kekayaan budaya Indonesia di dunia internasional melalui produk-produk yang dikembangkan dan dipasarkannya.
Buka halaman selanjutnya untuk tahu lebih banyak soal BUMN RI.
Produksi Film Negara
Perum Produksi Film Negara adalah Perusahaan yang 100% saham nya milik Pemerintah dan satu-satu nya di Bidang Perfilman.
Mengutip laman resmi perum.pfn.co.id PFN berdiri sejak tanggal 6 Oktober tahun 1945 di bawah Departemen Penerangan Kominfo dengan Nama Lembaga Pusat Produksi Film Negara lalu berallih menjadi Perusahaan Umum Produksi Film Negara dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1988 yang ditetapkan pada 07 Mei 1988.
Usaha Perum Produksi Film Negara meliputi 5 (lima) lini usaha :
Layanan Produksi Film dan Konten
Layanan Produksi Soundtrack Music Film
Layanan Produksi Ancillaries untuk Internet Streaming Platforms
Layanan Produksi Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Training dan Kursus Pengembangan Manusia di bidang filmmaker & audio visual.
Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menjelaskan pembentukan BUMN perfilman ini bertujuan untuk memancing pihak swasta agar masuk dan berinvestasi di Indonesia.
"Dulu kan habis merdeka tidak ada industri perfilman, karena itu pemerintah menggunakan BUMN Pioneer untuk menggerakkan industrinya," jelas dia.
Buka halaman selanjutnya untuk tahu lebih banyak soal BUMN RI.
Balai Pustaka
BUMN penerbitan ini berdiri pada 22 September 1917 sebagai kelanjutan Commisie voor Inlandsche Scool en volklechtuur yang dibentuk pada 14 September 1908.
Mengutip laman balaipustaka.co.id buku yang diterbitkan mulai dari beragam bahasa seperti bahasa Melayu dan berbagai bahasa daerah yaitu Jawa, Sunda, Madura, Batak, Aceh, Bugis, dan Makassar, dan ditulis dalam bahasa Melayu, Latin, Jawa, maupun Arab.
Kemudian sastrawan seperti Abdoel Moes menggunakan Balai Pustaka untuk membangkitkan kesadaran kebangsaan hingga 28 Oktober 1928 saat kelahiran sumpah pemuda.
Sebelum merdeka, Balai Pustaka telah membangun sekitar 2.800 Taman Bacaan Rakyat. Selanjutnya Balai Pustaka menjadi pilar sastra dan budaya bangsa yang melibatkan sosok seperti H.B. Jassin hingga Achdiat K. Mihardja, juga menjadi sarana Negara untuk menyediakan buku-buku pendidikan.
Balai Pustaka juga melakukan transformasi yang meneguhkan kembali Balai Pustaka sebagai korporasi pelestari dan pengembang budaya. Sebuah posisi yang juga berperan membangun karakter bangsa. Di sinilah kontribusi Balai Pustaka sebagai institusi "warisan budaya" bangsa dalam mengantarkan Indonesia pada masa depan yang jaya.
Simak Video "Video Tanggapan Pimpinan MPR Soal UU BUMN Baru: Bukan Berarti Kebal Hukum"
[Gambas:Video 20detik]
(kil/dna)