Fakta-fakta AS yang Masuk ke Jurang Resesi

Fakta-fakta AS yang Masuk ke Jurang Resesi

Vadhia Lidyana - detikFinance
Sabtu, 01 Agu 2020 08:33 WIB
Bendera AS
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Ekonomi Amerika Serikat (AS) mengalami kontraksi pada kuartal II-2020 sebesar 32,9%. Mengutip CNN, Jumat (30/7/2020), Biro Analisis Ekonomi mencatat ini adalah penurunan terburuk sepanjang sejarah.

Bisnis yang terhenti selama lockdown pada musim semi tahun ini membuat AS akhirnya terjerumus ke dalam resesi pertamanya dalam 11 tahun terakhir.

Resesi biasanya didefinisikan sebagai penurunan produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal sebelumnya (Januari ke Maret), PDB AS minus 5%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi ini bukan resesi biasa. Kombinasi krisis kesehatan masyarakat dan ekonomi belum pernah terjadi sebelumnya. Dan jumlahnya juga tak sepenuhnya menggambarkan kesulitan yang dihadapi jutaan orang AS.

Pada bulan April, lebih dari 20 juta pekerjaan di AS lenyap ketika bisnis tutup dan sebagian besar warga harus tinggal di rumah. Itu adalah penurunan terbesar sejak sejarah pencatatan dimulai lebih dari 80 tahun yang lalu. Klaim untuk tunjangan pengangguran pun meroket dan masih belum pulih hingga saat ini.

ADVERTISEMENT

Memang pasar tenaga kerja telah pulih kembali sejak lockdown diakhiri dan membawa jutaan orang kembali bekerja. Laporan pekerjaan Juli minggu depan diharapkan ada tambahan 2,3 juta pekerjaan yang akan membawa tingkat pengangguran turun menjadi 10,3%. Tapi ini masih lebih tinggi dibandingkan periode terburuk krisis keuangan.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Hal itu kemudian turun mempengaruhi saham-saham di Asia Pasifik. Saham-saham di Asia Pasifik dibuka bervariasi pada Perdagangan Jumat (31/7).

Saham China Daratan misalnya, kemarin dibuka lebih tinggi dengan komposit Shanghai naik sekitar 1% sementara komponen Shenzhen naik 1,45%.

Dikutip dari CNBC, Indeks Manajer Pembelian (purchasing managers' index/PMI) China pada Jumat ini masih berada di atas ekspektasi. Data menunjukkan PMI manufaktur China sebesar 51,1 atau naik dibandingkan bulan Juni yang sebesar 50,9 dan di atas ekspektasi yang sebesar 50,7.

Sementara itu, indeks Hang Seng di Hong Kong juga naik 0,73%. Kospi di Korea Selatan pun naik tipis 0,2%. Sedangkan di Jepang, Nikkei 225 turun 1,32%, indeks Topix turun 1,38%. S&P/ASX 200 Australia juga turun 1,42%. Dengan begitu, secara keseluruhan indeks MSCI Asia ex-Jepang diperdagangkan 0,46% lebih tinggi.

Sedangkan pergerakan saham Singapura, Malaysia dan Indonesia belum bisa dibaca kemarin karena pasar modalnya ditutup dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Adha.



Simak Video "Video: Warga AS Diimbau Hindari Bepergian ke RI, Khususnya Dua Wilayah Ini"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads