Kenalkan Ini Curaleaf, Perusahaan Ganja Terbesar di Dunia

Kenalkan Ini Curaleaf, Perusahaan Ganja Terbesar di Dunia

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 02 Agu 2020 11:25 WIB
Traditional Aceh Food Kuah Beulangong / traditional Acehnese cuisine made from meat mixed with jackfruit and eaten with white rice
Foto: Getty Images/iStockphoto/Riza Azhari
Jakarta -

Pandemi virus Corona (COVID-19) bisa dibilang sebagai masa yang kelam bagi banyak perusahaan. Tapi kondisi ini justru sebaliknya bagi Curaleaf Holdings, perusahaan ini justru berpesta di tengah pandemi.

Curaleaf Holdings merupakan perusahaan yang menanam, memproses dan menjual ganja di Massachusetts melalui apotik di 18 negara bagian. Beberapa waktu yang lalu perusahaan telah membeli sebuah pembudidaya ganja di Chicago dan pengecer Grassroots seharga US$ 830 juta.

Akuisisi itu membuat Curaleaf menjadi perusahaan ganja terbesar secara global berdasarkan penjualan, dengan pendapatan tahunan yang diperkirakan mencapai $ 1 miliar, jika dikalikan dengan kurs saat ini maka nilainya sekitar Rp 14,6 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir CNN, Minggu (2/8/2020), selama pandemi, jumlah dan nilai akuisisi di semua industri telah jatuh. Menurut firma hukum White & Case, nilai total kesepakatan akuisisi yang diumumkan pada paruh pertama 2020 adalah US$ 901,7 miliar, turun 53% dari tahun sebelumnya. Volume turun 32% menjadi hanya di bawah 7.000 merger dan akuisisi.

Namun, pada tahun lalu, Curaleaf telah mengambil alih 15 perusahaan, sebagian besar lebih kecil, operator ganja mapan di negara-negara bagian seperti Colorado, Florida dan Arizona.

ADVERTISEMENT

Kesepakatan besar dalam industri ganja relatif kecil, biasanya dalam kisaran US$ 200 juta hingga US$ 900 juta, tetapi beberapa perusahaan yang mengalami kendala untuk menyelesaikan kesepakatan karena harga saham anjlok dan akses ke modal mengering.

Sebagai contoh pada bulan Maret, akuisisi perusahaan Canano, Harvest Health & Recreation (HRVSF) senilai US$ 850 juta sesama pengecer dan penggarap ganja, digagalkan karena alasan-alasan itu.

Harvest juga mengatakan otoritas lokal dan negara yang bertanggung jawab untuk meninjau dan menyetujui transfer kepemilikan terhalang oleh pandemi, menunda proses akuisisi.

Seperti banyak orang di industri ini, Curaleaf ingin membangun skala bisnis yang lebih besar di Amerika Serikat. Sebanyak dua pertiga negara bagian di AS telah melegalkan ganja untuk tujuan medis. Sementara itu 11 negara bagian dan Washington, D.C., mengizinkan penggunaan dengan tujuan rekreasi dan lebih banyak lagi yang diperkirakan melakukan hal yang sama.

Tetapi masih ada ketidakpastian apakah ganja akan dilegalkan di tingkat federal. Itu sangat tergantung pada prioritas legislatif Kongres dan siapa yang memenangkan pemilihan presiden berikutnya.

Tapi Curaleaf masih menghadapi risiko. Akuisisi Grassroots ditutup pada sekitar $ 830 juta, turun dari nilai yang sebelumnya diumumkan $ 875 juta ketika kesepakatan itu pertama kali diumumkan lebih dari setahun yang lalu. Dan beberapa analis memperingatkan bahwa ekspansi yang terlalu cepat telah terbukti menjadi langkah berisiko di industri ganja.



Simak Video "Video: Momen Penangkapan Pebasket AS Jarred Shaw Terkait Ganja di Tangerang"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads