Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 pada esok hari (5/8). Banyak yang memprediksi ekonomi nasional akan minus, salah satunya Kementerian Keuangan yang memasang angka di level -4,3% dari rentang -3% sampai 5,1% di kuartal II tahun ini.
Beberapa ekonom memandang, ekonomi nasional akan terkontraksi lebih dalam dari yang diproyeksikan Kementerian Keuangan. Vice President Economist PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memprediksi ekonomi nasional ada di level -4,72% pada kuartal II.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2020 diperkirakan terkontraksi di kisaran -4,72% YoY dari kuartal sebelumnya tercatat 2,97% YoY," kata Josua saat dihubungi detikcom, Selasa (4/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Resesi Ekonomi Artinya... |
Josua menjelaskan, angka prediksi itu ada dikarenakan tiga kontributor terbesar ekonomi nasional yaitu tingkat konsumsi rumah tangga, investasi atau PMTB, dan ekspor mengalami penurunan akibat Corona.
Dia memprediksi, pertumbuhan tingkat konsumsi rumah tangga berada di kisaran -4,79% atau menurun dalam dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,84%. Investasi atau PMTB diperkirakan -5,34% di kuartal II tahun ini, hal ini dikarenakan banyak kegiatan investasi yang tertunda akibat Corona.
Sedangkan ekspor, Josua mengatakan akan ada peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
"Surplus neraca perdagangan pada kuartal II-2020 dibandingkan kuartal II tahun sebelumnya mengindikasikan bahwa net ekspor pada komponen PDB cenderung meningkat," katanya.
Sementara Kepala Ekonom Bank BCA, David Sumual memprediksi ekonomi nasional pada kuartal II-2020 berada di kisaran -5%. Hal ini dikarenakan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Mei 2020.
Menurut dia, penerapan PSBB di berbagai daerah di Indonesia telah menahan aktivitas perekonomian, salah satunya menahan konsumsi rumah tangga.
"Proyeksi kita kisarannya sekitar -5% penurunannya. Jadi kalau dilihat kan yang parah penurunan ada di Mei ketika PSBB terjadi di berbagai daerah nah itu transaksi nasional drop seperempat," ungkap David.
(hek/ara)