Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi menukik semakin kritis pada level minus 5,32 persen kuartal II-2020. Ini jelas merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari.
Ekonom senior Didik J Rachbini mengatakan pemerintah dan tim ekonomi tidak bisa dituntut lebih jauh untuk mempertahankan pertumbuhan positif dalam keadaan pandemi sekarang ini. Tetapi yang harus dituntut oleh publik kepada pemerintah adalah respons kebijakan apa yang harus dilakukan menghadapi kenyataan seperti ini ?
Pertama, krisis ini pada dasarnya adalah masalah yang cukup berat sekaligus peluang yang luar biasa bagi yang berdaya pikir dalam dan panjang ke depan. Yang harus dikritisi pada saat ini, masalahnya tidak dapat dihindari oleh pemerintah, tetapi peluangnya dibiarkan begitu saja dan tidak dikembangkan karena respons kebijakan tidak memadai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sektor transportasi, jasa pergudangan, akomodasi dan makanan, minuman dan jasa-jasa laiannya terkena dampak paling parah sehingga tumbuh minus antara -15 persen sampai 22 persen.
"Tetapi peluang pada sektor lainnya dibiarkan tidak berkembang, seperti sektor informasi dan komunikasi hanya tumbuh 3,44 persen. Padahal peluang pertumbuhan sektor ini luar biasa besar karena hampir keseluruhan yang tidak bisa dilakukan dengan transportasi mestinya bisa digantikan oleh sektor informasi dan komunikasi," ujar Didik yang juga pendiri INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Didik J Rachbini, dalam keterangan tertulis Rabu (5/8/2020).
Kedua, peluang seperti ini hilang karena kebijakan diam di tempat dan tidak muncul inovasi dari dalam yang memberi jalan dan peluang agar sektor informasi dan komunikasi tumbuh pesat. Beberapa perusahaan informasi dan komunikasi yang menurut pengamatan Didik mendapat rezeki luar biasa dengan pandemi ini karena transportasi mandek, teknologi IT sebagai gantinya.
Jadi wajar jika perusahaan IT bisa tumbuh sampai tiga ratus persen. Tetapi mengapa sektor ini secara keseluruhan hanya tumbuh 3,44 persen? Jawabnya karena miskin ide dan inovasi, tuna kebijakan. Coba aktifkan palapa ring secara maksimal dan tiang-tiang listrik berikan gratis untuk sementara kepada Telkom dan Telkomsel serta perusahaan swasta agar segera mengembangkan jaringan di seluruh penjuru negeri.
"Jika hal sederhana ini bisa dilakukan, maka sektor infokom akan berkembang pesat, karena tuna kebijakan maka sektor ini tumbuh sangat rendah, tumbuh seadanya seperti sekarang karena tidak punya daya pikir dalam. Sebagai catatan, tingkat elektrifikasi kita sudah di atas 90 persen, yang siap menjadi penopang sektor infokom. Jika saran kebijakan ini juga tidak laku, maka saya pastikan ada penyakit bebal kebijakan," terang Didik
Ketiga, krisis ini sesungguhnya adalah peluang bagi "sektor drakula" penghisap devisa, yaitu sektor kesehatan. Kebutuhan sektor kesehatan hampir mutlak didatangkan dari luar negeri, sektor pengimpor mutlak dari negara lain, yang juga ditingkahi setan monopoli dan rente yang luar biasa besar.
Sektor ini adalah sektor neraka bagi ekonomi karena menghisap devisa, melemahkan rupiah, menggerus perolehan ekspor, dan memelihara hutan rente ekonomi, yang menyakitkan. Krisis ini adalah peluang untuk merontokkan drakula dan setan rente tersebut, yang menyebabkan biaya kesehatan dan harga obat mahal.
Keempat, selain sektor kesehatan peluang krisis ini ada pada sektor pendidikan. "Saya sebagai guru hampir tidak pernah mendapat hambatan dalam mengajar, menguji, dan praktik terutama untuk jurusan ilmu-ilmu humaniora. Kuncinya adalah mekanisme pendidikan normal baru secara daring," kata Didik
"Tetapi pendidikan di kota dan Jakarta berbeda dengan pendidikan di desa dan luar jawa, yang macet karena tidak ada jaringan internet. Jaringan internet tidak ada karena pemerintah kurang daya pikir, padahal di sini peluang itu ada," sambungnya.
Langsung klik halaman berikutnya.