Pengangguran AS Tambah 1,6 Juta Orang di Bulan Juli

Pengangguran AS Tambah 1,6 Juta Orang di Bulan Juli

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 06 Agu 2020 10:43 WIB
Para pendemo berunjuk rasa di depan balai kota Michigan, AS.  Mereka menentang aturan lockdown seperti tetap di rumah (stay at home) yang membuat pendemo khawatir terhadap pekerjaan dan pendapatan mereka. Aturan tersebut diberlakukan hingga 30 April mendatang.
Foto: AP/Paul Sancya
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) masih berupaya memulihkan sektor ketenagakerjaannya. Tingginya kasus virus Corona di AS berdampak semakin tingginya angka pengangguran di Negara Paman Sam tersebut.

Juni lalu peningkatan angka pengangguran naik hingga bertambah 4,8 juta orang. Namun, menurut laporan pemerintah yang rilis pekan lalu angka pengangguran menurun pada bulan Juli, hanya bertambah 1,6 juta orang. Jika ditotalkan dari Februari angka pengangguran AS mencapai 13 juta orang. Maka diprediksi angka ini lebih tinggi dari angka pengangguran pada krisis keuangan pada 2007-2009.

Dikutip dari CNN, Kamis (6/8/2020) menurut Ekonom senior Oxford Economics AS Lydia Boussourmeski meski laporan dari pemerintah pengangguran AS tercatat turun hal itu dianggap bukan kabar baik. Boussourmeski mengatakan laporan pengangguran dari Juni ke Juli menandakan hilangnya 280 ribu pekerjaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Krisis tenaga kerja AS juga diperburuk oleh menipisnya stimulus dari pemerintah. Chief Economist Robertson Stephens Wealth Management Jeanette Garretty mengatakan stimulus dari pemerintah kini makin menipis dan akan kedaluwarsa. Hingga kini Kongres masih mencoba mengkaji persyaratan untuk langkah-langkah stimulus berikutnya. Namun masih terdapat pro dan kontra mengenai nilai yang akan digelontorkan.

Kongres masih mencoba untuk menyetujui persyaratan untuk langkah-langkah stimulus putaran berikutnya. Namun masih terdapat pro kotra mengenai nilai yang akan digelontorkan.

ADVERTISEMENT

Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan awal pekan ini jika pengangguran turun, maka jumlah bantuan yang sebelumnya senilai US$ 600 setara Rp 8,7 (kurs Rp 14.550) per minggunya harus juga turun. Sedangkan pihak dari kubu Partai Republik dana tersebut jangan turun, karena itu bisa menunjang kehidupan di tengah pandemi. Sementara kubu Demokrat tersebut harus dipertahankan karena banyak orang tua yang mesti memenuhi kebutuhan anak dan rumah tangga.

Meski ekonomi pulih, ke depannya tenaga kerja AS diprediksi sulit untuk kembali ke pekerjaan sebelumnya. Menurut Direktur Penelitian Indeed Hiring Lab, Nick Bunker sedikit peluang korban PHK untuk mencari kerja atau kembali bekerja di pekerjaan sebelumnya.




(fdl/fdl)

Hide Ads