Geser Perusahaan Teknologi, Saham Farmasi Diyakini Jadi Primadona

Geser Perusahaan Teknologi, Saham Farmasi Diyakini Jadi Primadona

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 07 Agu 2020 13:09 WIB
Imbas Virus Corona yang merebak dan menelan ratusan korban jiwa kini mulai menggoyang ekonomi China dan beberapa negara di Asia seperti Jepang. Pasar saham China pun ambruk sejak pembukaan perdagangan.
Foto: AP Photo
Jakarta -

Masyarakat di dunia kini tengah berharap kehadiran vaksin virus Corona. Bank asal Amerika Serikat Goldman Sachs berpendapat kehadiran vaksin Corona akan membuat pasar saham terus naik.

Kehadiran vaksin virus corona ini akan mendorong investor menggeser portofolio sahamnya. Kalau biasanya saham-saham perusahaan teknologi yang paling diminati investor, nantinya saham perusahaan-perusahaan farmasi diyakini bakal menggesernya.

Hal itu akan menjatuhkan saham perusahaan teknologi seperti Facebook, Apple, Amazon, Netflix, Google dan Microsoft yang kini memimpin pasar saham di Wall Street.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari CNN, Jumat (7/8/2020) tim ekonom Goldman Sachs mengatakan kemungkinan ada vaksin yang akan disetujui oleh Food and Drugs Administration (FDA) akhir tahun 2020. Setelah itu distribusinya akan secara luas pertama untuk AS di pertengahan 2021.

Prediksi saham yang akan terus naik gara-gara vaksin menjadi kabar baik bagi perusahaan keuangan AS. Suku bunga obligasi diprediksi akan meroket lebih tinggi. Namun, Goldman memperingatkan bahwa naik turunnya saham masih tentatif selama beberapa bulan ke depan.

ADVERTISEMENT

Skenario yang paling mungkin terjadi yakni indeks S&P 500 akan mencapai 3.390 pada akhir 2020. Naik hanya 2% lebih tinggi dari angka saat ini.

Goldman memprediksi jika vaksin pertama hadir kemungkinan indeks S&P 500 akan naik 3.700. Namun jika gelombang kedua virus Corona meningkat, keadaan akan berbalik signifikan. Indeks S&P 500 akan jatuh di bawah 2.200.

Selain gelombang kedua virus Corona. Analis Goldman memprediksi hasil pemilihan presiden AS akan mempengaruhi pasar saham AS. Investor akan mengkaji bagaimana pajak dan rencana pengeluaran pemerintahan selanjutnya. Selain itu bagaimana kebijakan perang dagang AS dan China di pemerintahan baru.




(fdl/fdl)

Hide Ads