Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus pada kuartal II-2020 lalu akibat pandemi COVID-19. Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini pun menyarankan pemerintah untuk meniru strategi ekspor era Soeharto demi mendongkrak ekonomi yang minus.
Indonesia memang sempat hampir 'bangkrut' di tahun 1980an namun tak lama setelah itu, ekonominya mampu membalikkan keadaan. Bahkan ekspor Indonesia saat itu mampu menyumbang hingga 50% terhadap PDB nasional.
"Dari 1980-1984, Indonesia hampir bangkrut pertumbuhannya 2% waktu itu dan ini malapetaka, tetapi pada waktu itu, ada beberapa akademisi yang melakukan upaya dan melakukan deregulasi, debirokrasi, dan main tabrak juga, dampak-dampaknya banyak tapi sisi baiknya, itu berhasil menumbuhkan ekspor terus naik," kata Didik dalam diskusi virtual, Rabu (12/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Hindari Resesi, Saatnya RI Genjot Ekspor |
Hal lain yang dilakukan pemerintahan saat itu adalah fokus pada orientasi ekspor yang berbasis investasi.
"Nah tahun 1980-1990an itu jadi yang terbagus, sebab kuncinya apa fokus, ekspor, ekspor, ekspor itu namanya outward looking strategy basisnya investasi. Jadi investasi asing itu masuk cukup banyak sekali dan diberikan insentif yang banyak, itu fokus nggak ada yang lain, sekarang fokusnya membikin tol laut, membikin infrastruktur, membikin kawasan industri, memindahkan ibu kota baru macam-macam tidak ada fokus," tambahnya.
Pemerintahan saat itu juga tak terpaku pada merancang undang-undang dalam mengubah strategi kebijakannya. Namun, lebih aktif membawa perubahan di lapangan.
"Keberhasilan kebijakan tahun 1980an hingga 1990an itu karena tidak ada UU yang berubah tapi di lapangan diperbaiki, sehingga di situ sibuknya di lapangan. Sekarang zaman Jokowi sibuknya UU, berdebat UU seperti Omnibus Law itu yang menerobos 75 UU, itu super sekali, halamannya 1.078 itu diperdebatkan," pungkasnya.
(ara/ara)