Inggris akhirnya masuk ke dalam jurang resesi. Ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi Inggris pada kuartal II 2020 yang minus hingga 20,4%, dan kuartal I 2020 minus 2,2%.
Ini penyebab Inggris resesi?
Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengungkapkan saat ini memang seluruh dunia sedang mengalami pandemi yang merata. Memang sebelumnya hanya satu negara yang diserang oleh COVID-19 namun seluruh dunia merespon dengan melakukan lockdown atau semi lockdown untuk mencegah penyebaran virus ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika proses lockdown atau di Indonesia PSBB, aktivitas ekonomi terhenti, semua orang di rumah dan tidak banyak aktivitas lain sehingga pergerakan ekonomi terbatas," kata Tauhid saat dihubungi detikcom, Rabu (12/8/2020).
Baca juga: Peluang Menghindari Resesi |
Dia mengungkapkan saat ini banyak orang yang hanya melakukan belanja untuk kebutuhan survival bukan untuk kebutuhan hiburan. "Konsumsi juga terbatas kan, apalagi tidak ada kegiatan lain yang bisa untuk keluar rumah, ke restoran, ke pertunjukan tempat rekreasi sampai hotel. Itu semua dibatasi dengan ketat," jelas dia.
Apalagi saat ini Inggris adalah negara yang basic pertumbuhan ekonominya digerakkan oleh non makanan, sehingga ketika seluruh kegiatan berhenti maka akan mengakibatkan kontraksi ekonomi yang besar.
"Inggris menggantungkan kehidupan ekonominya dari kegiatan ekspor impor dan investasi. Karena itu sensitif ketika lingkungan ada pembatasan," kata dia.
Menurut Tauhid, dengan kondisi pandemi yang belum tuntas dan belum bisa diprediksi kapan selesai. Maka pemulihan di negara-negara yang mengalami resesi ini bisa lebih lama dari perkiraan.
Baca juga: Antisipasi Resesi dengan Menggenjot Konsumsi |
(dna/dna)