PT Angkasa Pura II (AP II) menargetkan 40 juta penumpang hingga akhir tahun 2020. Untuk mencapai target itu, AP II telah menyusun tiga langkah strategis yang dijadikan acuan 'best scenario' untuk menggeliatkan kembali penerbangan di nusantara.
Presiden Director AP II Muhammad Awaluddin mengatakan, pandemi COVID-19 sempat membuat industri jasa penerbangan gontai. Jumlah penumpang yang melakukan perjalanan di bandara yang dikelola AP II pun sempat terperosok ke titik nadir.
"Untuk mendapatkan 40 juta penumpang itu, kita tidak mulai dari nol. Karena dari Maret AP II sudah dapat 20 juta lebih, Januari kita 8 juta, Februari 7 juta, Maret mulai turun ke 5 juta. Yang berat itu April, Mei, Juni, angkanya jatuh ke titik nadir," ujar Awaluddin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah Juni, Juli mulai take off lagi itulah yang kami sebut best scenario berdasarkan asumsi dan kalkulasi, asumsi yang pertama berkaitan dengan pandemi COVID-19 akan meninggalkan puncaknya," imbuhnya.
Agar mendongkrak jumlah penumpang, saat ini pihaknya akan meningkatkan kembali utilisasi slot time di bandara. Pasalnya, ujar Awaluddin, secara utilisasi slot di AP II berada di angka di 35 persen di masa pandemi.
"Kalau begitu 35 persen akan terus ditingkatkan, dalam situasi normal 70 - 80 persen rata-rata," ujarnya.
Di samping itu, AP II juga tengah berkomunikasi dengan maskapai untuk mengaktifkan kembali rute perjalanan. Seperti halnya, yang dilakukan di Bandara Husein dengan mengaktifkan kembali rute perjalanan dari Bandung ke sejumlah daerah dengan menggunakan pesawat bermesin jet.
"Dan ketiga terus menerus, mendorong terjadinya peningkatan frekuensi terbang," ucapnya.
Ia mengatakan, dengan meningkatnya jumlah penumpang akan berdampak positif terhadap perekonomian di daerah tujuan atau asal. AP II mencatat, pada Juli terdapat kunjungan 1,5 juta penumpang pun bisa terjadi perputaran uang sebesar Rp 1,9 triliun dari 19 bandara yang dikelola AP II.
"Pergerakan uang dari yang beli tiket, uang yang bergerak akibat transportasi umum, oleh-oleh UKM, yang yang dibelanjakan di bandara. Itu baru direct impact, belum lagi direct impact-nya seperti layanan hotel, restoran dan sebagainya," katanya.
(yum/eds)