Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Juli 2020 sebesar US$ 10,47 miliar. Angka itu turun 2,73% jika dibandingkan dengan posisi Juni 2020 sebesar US$ 10,47 miliar dan turun 32,55% jika dibandingkan posisi Juli 2020 sebesar US$ 15,52 miliar.
Penurunan impor ini menunjukkan ekonomi Indonesia belum pulih. Permintaan domestik dan industri masih sulit untuk bangkit kembali.
"Kalau kita lihat di sana memang impor kita kalau kita lihat year on year , impor itu turun lumayan dalam 32,55%, dan kalau kita lihat struktur impor yang kita harus kasih perhatian terutama untuk impor bahan baku dan barang modal," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa (18/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dilihat menurut penggunaan barang impor barang konsumsi di Juli 2020 sebesar US$ 1,11 miliar turun 21,01% dibandingkan Juni 2020 dan turun 24,11% dibandingkan Juli 24,11%.
Untuk impor bahan baku/penolong sebesar US$ 7,39 miliar, turun 2,5% dibandingkan Juni 2020 dan turun 34,46% dibandingkan Juli 2019. Impor barang modal US$ 1,97 miliar naik 10,82% dibandingkan Juni 2020, tapi turun 29,25% dibandingkan Juli 2019.
"Untuk bisa kembali ke normal kita butuh waktu. Tapi yang digambarkan tadi saya lebih melihatnya ada progres," ucapnya.
Neraca dagang RI tertolong ekspor di Juli 2020 sebesar US$ 13,73 miliar, yang naik 14,33% dibandingkan Juni 2020 dan turun 9,9% dibandingkan Juli 2019. Sehingga neraca dagang RI di Juli 2020 surplus US$ 3,26 miliar.
"Jadi kalau menurut saya butuh waktu, tidak mungkin habis dihantam COVID-19 di kuartal kedua, kita langsung recovery, kita butuh waktu," tutupnya.
(das/fdl)