Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan asumsi makro hingga Juli 2020. Sayangnya, seluruh capaian asumsi makro ini meleset semua dari yang ditentukan di APBN.
Untuk pertumbuhan ekonomi selama semester-I 2020 tercatat minus 1,26%. Angka ini merupakan akumulasi dari ekonomi kuartal I-2020 yang tumbuh 2,97% dan di kuartal II-2020 kontraksi 5,32%.
Kemudian untuk inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) tercatat 1,54% dan hingga year to date (ytd) atau hingga Juli 2020 tercatat 0,98%. Angka ini lebih rendah dari yang dipatok dalam APBN yakni 3,1%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semuanya lebih rendah dari APBN awal dan inflasi lebih rendah dari APBN awal," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Jakarta, Selasa (25/8/2020).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga Juli juga tercatat di level Rp 14.608, angka ini lebih tinggi dari yang dipatok dalam APBN di level Rp 14.400. Suku bunga SBN juga tercatat lebih tinggi dari APBN, yakni 3,29% hingga Juli 2020.
Sedangkan untuk harga minyak mentah Indonesia hingga Juli 220 US$ 39,98 barel per day (bpd), lebih rendah dari target APBN yang mencapai US$ 63 bpd. Lifting minyak juga tercatat sekitar 714 ribu bph dan lifting gas sekitar 987 ribu barel setara minyak per hari. Keduanya juga meleset dari target APBN.
"Lifting minyak dan gas kita lebih rendah dari asumsi APBN awal, ini yang tentu akan pengaruhi penerimaan kita dari sisi minyak dan gas," tutur Sri Mulyani.
(hek/fdl)