Butuh Anggaran Jumbo Buat Basmi COVID-19, Berapa Nilainya?

Butuh Anggaran Jumbo Buat Basmi COVID-19, Berapa Nilainya?

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 28 Agu 2020 08:34 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Menanggulangi pandemi Corona alias COVID-19 dibutuhkan anggaran jumbo. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi dunia membutuhkan dana sekitar US$ 8 triliun untuk menyelesaikan penyebaran hingga dampak dari virus yang belum ada vaksinnya ini.

Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat menjadi pembicara kunci di acara webinar Internasional Mahkamah Agung, Kamis (27/8/2020).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Corona masih belum diketahui kapan berakhir. Padahal dana penanggulangan pandemi COVID-19 sudah dihabiskan dalam jumlah besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan hitungan IMF, Sri Mulyani menyebut dibutuhkan dana sekitar US$ 8 triliun atau Rp 116.000 triliun (kurs Rp 14.500) yang sekitar 10% dari produk domestik bruto (PDB) global untuk mengatasi pandemi Corona.

"Dalam hitungan International Monetary Fund lebih dari US$ 8 triliun. Apakah 8 kali GDP Indonesia adalah resources atau sumber daya yang digunakan untuk menangani dan kemudian mengatasi COVID tidak hanya dari sisi kesehatan tapi juga dari sisi ekonomi dan sosial," kata Sri Mulyani.

ADVERTISEMENT

Sri Mulyani menyebut seluruh negara terdampak COVID-19 masih mencari titik keseimbangan antara penanganan sektor kesehatan dengan ekonomi. Hingga saat ini, angka penyebaran masih relatif tinggi.

"COVID-19 adalah bencana kemanusiaan yang telah mempengaruhi seluruh faktor paling dalam kehidupan masyarakat berinteraksi secara sosial, politik, kultural, tentu saja dari sisi ekonomi," jelasnya.

"Jutaan pekerja kehilangan pendapatan atau pekerjaannya, banyak perusahaan mengalami kebangkrutan," tambahnya.

Oleh karena itu, Sri Mulyani mengungkapkan dibutuhkan dana sekitar US$ 8 triliun untuk menyelesaikan masalah Corona.

"Seluruh dunia melakukan kebijakan counter cyclical. Seluruh dunia menghadapi ketidakpastian tentang masa depan ini karena kita tidak tahu apakah second wave akan terjadi, apakah vaksin akan segera ditemukan dan bisa didistribusikan," ungkapnya.




(hek/zlf)

Hide Ads