Dua perusahaan rintisan terbesar di Asia Tenggara, Gojek dan Grab dikabarkan melakukan pembicaraan untuk penggabungan atau merger. Wacana ini bukan hal yang baru, sempat ramai juga di awal tahun ini.
Berikut empat hal penting soal isu 'perkawinan' Grab dan Gojek:
1. Dapat Restu Pendiri Softbank
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembicaraan untuk penggabungan usaha atau merger atas arahan dari pemegang saham, termasuk SoftBank. Langkah korporasi ini dibahas usai pendiri grup Jepang Masayoshi Son memberikan restu atas rencana itu.
Seperti dikutip Financial Times, Selasa (15/9/2020), langkah ini dibahas karena perusahaan mengalami kerugian yang besar akibat pandemi virus Corona yang terjadi. Pandemi ini membuat sejumlah negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia melakukan pembatasan sosial.
Baca juga: Wacana Gojek 'Kawin' dengan Grab Muncul Lagi |
2. Wacana Merger Sempat Ditolak
Pembicaraan merger ini sudah dilakukan sejak enam bulan lalu. Namun, aksi korporasi ini terhalang oleh tentangan dari Softbank salah satu pemegang saham terbesar sebelumnya.
Pendiri Softbank, Masayoshi Son kala itu percaya layanan ride-hailing bisa menjadi monopoli di mana perusahaan yang paling banyak uang akan mendominasi pasar tertentu. Hal itu diungkap orang-orang dekat miliarder Jepang tersebut.
3. Nilai Hasil Kawin Tembus Rp 1.000 T
Menurut pemberitaan Tech in Asia, perkawinan antara Grab dan Gojek ini masuk akal, bahkan sangat menguntungkan. Dari perhitungan yang dilakukan Tech in Asia, perusahaan hasil merger itu bisa menghasilkan omzet hingga US$ 16,7 miliar (sekitar Rp 240 triliun) setahun dengan valuasi hingga US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.000 triliun (kurs Rp 14.500/US$) di 2025.
4. Grab Ogah Berkomentar
Grab enggan berkomentar mengenai rumor tersebut. Sementara itu, hingga berita ini diturunkan Gojek belum memberikan tanggapan.
"Kami tidak berkomentar mengenai spekulasi yang beredar," demikian pernyataan Grab yang diterima detikcom, Selasa (15/9/2020).