Harga telur turun sejak dua pekan lalu, akibatnya telur kualitas grade A langka di pasaran. Menurut pedagang, para peternak memilih menyimpan stok menunggu harga aman.
Telur grade A bentuknya lebih kecil dengan warna cangkang coklat cerah. Telur ini memiliki jangka penyimpanan lebih lama dibandingkan telur grade B. Di suhu normal, telur grade A mampu bertahan selama dua pekan. Inilah yang menyebabkan, harganya juga lebih mahal dari telur grade B.
Harga normal telur ayam kualitas grade A ada di kisaran Rp 22.000 sampai 24.000 per kilogram. Sejak tiga pekan lalu, harga mengalami fluktuasi sekitar Rp 1000 sampai 2000 per kilogram. Namun ada kecenderungan makin turun sejak sepekan terakhir. Dan hari ini, telur grade A terjual dengan harga hanya Rp 21.000 per kilogram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan detikcom di tiga lokasi, keberadaan telur grade A susah ditemui di pasar basah maupun pedagang eceran yang mangkal di pinggir jalan. Seperti di Pasar Pon, Templek dan pedagang telur yang menggunakan pikap untuk menggelar dagangannya di pinggir jalan.
"Saya sudah lama nggak jual yang grade A. Walaupun turun harganya, tapi kandang milih nyimpen dulu sampai harga aman. Hari ini dari kandang yang grade A hanya Rp 17.500, tapi mereka simpan nunggu harga paling gak Rp 19.000 per kilogram," kata Gawik, penjual telur eceran di pikap kepada detikcom, Jumat (18/9/2020).
Di pikap Gawik, tampak hanya telur grade B yang dijual seharga Rp 16.500 per kilogram. Dia mendapat harga dari kandang Rp 14.000 per kilogram. Sedangkan di pasar basah, telur grade B dijual seharga Rp 17.000 per kilogram.
Hanya ada dua pedagang di Pasar Pon yang menjual telur grade A. Itu pun mereka mengaku stok lama. Seperti Ali Muaji, yang memang hanya menjual telur grade A dengan pelanggan tetap ibu rumah tangga.
"Kalau ibu rumahan yang paham lebih suka pilih telur grade A. Ini stok lama, saya dapat dari pengepul masih Rp 19.000 per kilogram. Hari ini saya jual Rp 21.000 per kilogram," tuturnya.
Ketua Koperasi Peternak Petelur Blitar, Sukarman bilang, harga telur terus turun selama dua pekan ini di kisaran Rp 16.000 sampai Rp 17.000 per kilogram. Namun mereka tidak menahan stok karena penurunan harga itu. Melainkan untuk mengumpulkan stok lebih banyak, agar biaya operasional tidak banyak menanggung kerugian.
"Ndak kalau nahan stok. Kami hanya mengumpulkan stok biar tambah banyak. Jadi harga turun, tapi kalau bisa jual dalam stok lebih banyak kan ruginya nggak banyak," pungkasnya.
(hns/hns)