Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya menggelar bimbingan teknis (bimtek) 'petani milenial' buat Kelompok Tani Organik Sumber Arum Wonosalam di Jombang. Ini dilakukan untuk mendorong petani dapat mengikuti perkembangan zaman melalui mekanisasi dan digitalisasi sektor pertanian.
Kepala BBPPTP Surabaya, Kresno Suharto mengatakan bimtek yang berlangsung selama satu hari tersebut mengedepankan pada kemampuan petani untuk dapat melakukan budi daya yang baik dan siaga terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT).
"Sebagai contoh kasus pada kegiatan bimtek tersebut ialah hama penggerek yang penampakannya tidak terlihat dari luar. Perlu formulasi yang dapat masuk ke pembuluh batang dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan cocok untuk pertanian organik," ujar Kresno dalam keterangan tertulis, Kamis (24/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun bahan tersebut merupakan agen pengendali hayati (APH) yang merupakan musuh alami OPT tersebut. Sementara itu, Koordinator Fungsional POPT, Erna Zahro'in mengatakan berharap kepada petani milenial yang ikut bimtek agar tertarik untuk menggeluti dunia pertanian, khususnya pertanian organik dan menjadi penyemangat kepada generasi sebelumnya karena petani merupakan benteng terakhir pertahanan perekonomian negara.
"Harapannya kepada petani milenial adalah agar generasi muda tertarik untuk menggeluti dunia pertanian khususnya pertanian organik dan menjadi penyemangat kepada generasi sebelumnya karena petani merupakan benteng terakhir pertahanan perekonomian negara," ujar Erna.
"Serta produk pertanian memiliki harga yang kompetitif terutama bagi petani sehingga dapat menarik generasi milenial untuk bertani," imbuhnya.
Sunardi selaku juru bicara Kelompok Tani Organik Sumber Arum menuturkan sejak melakukan pertanian organik, nilai jual produk meningkat dan sebagai pengenalan kopi Ekselsa Wonosalam dihargai Rp 250 ribu/kg dari sebelumnya yang hanya dihargai Rp 80 ribu/kg di tingkat petani dalam bentuk bubuk kopi.
"Nilai tambah yang masih menjadi potensi dari kelompok tani Sumber Arum adalah permintaan benih, akan tetapi belum dapat terlayani karena aspek legalitas," jelas Sunardi.
Meski begitu, Sunardi mengakui ada kendala yang dialami Kelompok Tani Organik Sumber Arum seperti teknik pengendalian OPT yang ramah lingkungan dan sesuai dengan pertanian organik.
"Sehingga kami berharap dengan adanya bimtek yang dilakukan oleh BBPPTP Surabaya melalui pengenalan APH dapat memberikan edukasi kepada anggota kelompok tani cara pertanian organik yang baik," harap Sunardi.
Namun, kata Sunardi, ada potensi nilai tambah untuk dapat menyediakan sumber benih dari pertanian organik. Sehingga dalam hal ini kelompok petani kopi Sumber Arum berharap agar dapat terfasilitasi, mulai dari identifikasi varietas hingga pembangunan kebun sumber benih sebagaimana disarankan BBPPTP Surabaya agar menggunakan varietas yang legal guna meningkatkan nilai tambah kopi tersebut.
Alhasil, inovasi yang telah dilakukan Kelompok Tani Sumber Arum layak mendapat apresiasi. Beberapa penghargaan telah diterima seperti sertifikasi organik yang diperoleh dari ICERT dan ACT-Thailand.
Kontribusi yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut dalam meningkatkan perekonomian Wonosalam telah mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Jombang yang berencana menarik minat masyarakat Wonosalam dan sekitarnya untuk bertani secara organik.
Berbagai kerja sama telah dilakukan, salah satunya melalui digital market dan bekerja sama dengan pelaku wisata untuk mempopulerkan kopi organik Wonosalam dan Ekselsa pada khususnya. Kesuksesan kelompok tani Sumber Arum berhasil masuk pada pasar introduksi ekspor dengan pengiriman sampel pada importir Timur Tengah sebanyak 1 kuintal dalam bentuk bubuk kopi.
Sehingga dalam hal ini kopi tersebut dikemas yang menarik agar kopi Wonosalam yang terdiri dari varian robusta, arabika, dan ekselsa bisa bersaing dengan branding Sumber Arum dan Rindang.
"Melalui pengemasan yang menarik tersebut saya optimis pemasaran yang lebih luas mudah dilakukan dan menarik minat beli konsumen. Selain itu dengan kemasan yang menarik kita lebih mudah untuk melakukan promosi melalui digital market," kata Satrio anggota Koperasi kelompok petani kopi Sumber Arum.
Sementara itu, menurut Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono, momentum Hari Tani Nasional pada hari ini selayaknya menjadikan refleksi diri terutama Kementerian Pertanian bahwa persoalan meningkatkan kesejahteraan petani dan menarik generasi milenial untuk ikut bertani.
Hal ini harus terus diupayakan agar tujuan dari Undang Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang diterbitkan oleh Presiden Soekarno pada 24 September 1960 dapat terwujud.
"Melalui semangat Hari Tani Nasional kita optimis melalui kerja keras dan kerja bersama segera terwujud Petani Indonesia yang Maju dan Berdaya Saing," pungkas Kasdi.
(akn/hns)