Yogyakarta -
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut perekonomian di Kota Gudeg masih dalam masa pemulihan akibat dampak COVID-19 sejak Maret lalu. Hal itu merujuk data deflasi dan inflasi yang terjadi di DIY.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY mencatat inflasi 0,03% (mtm) pada September 2020. Realisasi itu menunjukkan laju inflasi DIY secara akumulatif sampai dengan September 2020 tercatat 0,71% (ytd) atau secara tahunan 1,66% (yoy).
"Capaian ini berada di atas inflasi nasional yakni 1,42% (yoy). Walaupun demikian realisasi inflasi DIY maupun nasional tersebut, berada di bawah sasaran yang ditetapkan, yakni 3,0%Β±1% (yoy)," kata Direktur Kantor Perwakilan BI DIY, Hilman Tisnawan melalui keterangan tertulis, Senin (5/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hilman menjelaskan, angka inflasi saat ini mengakhiri tren deflasi dalam dua bulan terakhir. Menurut dia, kondisi ini menjadi indikasi positif dengan menunjukkan konsumsi masyarakat mulai meningkat.
Hal ini didukung oleh Survei Konsumen pada September 2020, yakni Indeks Keyakinan Konsumen di DIY bergerak meningkat mendekati batas optimis pada level 97,9.
Sementara itu Survei Kondisi Dunia Usaha (SKDU) juga menunjukkan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) triwulan III 2020 meningkat menjadi 1,4 setelah pada triwulan II tercatat negatif.
Angka SBT yang bernilai positif ini menunjukkan bahwa saat ini lebih banyak korporasi di DIY yang mengalami perbaikan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya.
"Inflasi yang terjadi pada September 2020 terutama disebabkan oleh inflasi kelompok inti (core inflation) dan inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices). Adapun kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) masih melanjutkan deflasi selama tiga bulan berturut-turut," ujarnya.
Dari sisi inflasi kelompok inti, ia melanjutkan, inflasi terjadi akibat kenaikan harga emas perhiasan. Di tengah pandemi COVID-19, kata dia, tekanan dari isu geopolitik kembali meningkat. Harga emas global cenderung melandai sepanjang September 2020.
Langsung klik halaman selanjutnya.
Di sisi lain, kurs rupiah cenderung melemah. Oleh karena itu, dia memperkirakan harga emas perhiasan dalam negeri cenderung meningkat sepanjang September 2020.
"Sementara itu, siklus inflasi pendidikan tinggi yang umumnya terjadi pada bulan September tidak terjadi. Perguruan tinggi cenderung menahan kenaikan tarif pendidikannya, akibat dari perubahan metode menjadi pembelajaran jarak jauh dan daya beli masyarakat yg tertekan akibat pandemi COVID-19," kata Hilman.
Hilman menyebut, pada kelompok administered prices mengalami inflasi terbatas akibat tarif angkutan udara. Sejak awal tahun hingga Juli lalu, tarif angkutan udara telah menurun hingga -27,3% (ytd).
Saat ini, ia melanjutkan, aktivitas pergerakan angkutan udara perlahan justru mulai meningkat terbatas. Penumpang angkutan udara baik di Bandara Internasional Yogyakarta maupun Bandara Adisutjipto pada Agustus 2020 meningkat 55,9% (mtm) dan tracking sementara pada September 2020 menunjukkan potensi melanjutkan peningkatan.
"Sentimen positif berasal dari Keputusan Menkes Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian COVID-19, yakni saat ini penumpang transportasi umum tidak wajib untuk melakukan rapid test maupun polymerase chain reaction (PCR) sebagai syarat untuk bepergian. Namun pada stimulus tersebut belum sepenuhnya berlaku karena SE Gugus Tugas tentang kewajiban rapid atau PCR di bandara masih berlaku. Hal ini menyebabkan pergerakan aktivitas manusia menggunakan transportasi udara masih terbatas," ucapnya.
Dari sisi volatile food, Hilman menambahkan, deflasi disebabkan oleh penurunan harga daging ayam ras, telur ayam ras, dan aneka cabai. Di mana stok daging ayam di pasaran saat ini melimpah, sehingga menyebabkan harga daging ayam di tingkat produsen terus menurun hingga Rp19.250 per kilogram.
Selain itu, serapan daging ayam sepanjang September 2020 masih mengalami penurunan. Dampaknya, lanjutnya, harga daging ayam di pasar kembali mengalami deflasi. Sementara itu harga daging ayam yang murah menyebabkan peternak ayam melempar telur infertil (hatched egg) ke pasar. Hal ini berdampak pada melimpahnya pasokan telur ayam, sehingga mengalami deflasi.
"Melihat perkembangan inflasi terkini, Bank Indonesia memperkirakan inflasi DIY 2020 akan berada pada batas bawah titik tengah sasaran. Untuk menjaga stabilitas harga pada sasaran yang ditetapkan, Bank Indonesia bersama dengan anggota TPID DIY akan meningkatkan sinergi dan koordinasi dalam memantau perkembangan harga, menjaga kecukupan stok pangan, serta mengupayakan kelancaran distribusinya," ujarnya