Corona Merajalela, Maskapai Penerbangan Satu demi Satu Tumbang

Corona Merajalela, Maskapai Penerbangan Satu demi Satu Tumbang

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 09 Okt 2020 22:45 WIB
Ilustrasi pesawat
Ilustrasi maskapai penerbangan di tengah pandemi/Foto: iStock
Jakarta -

Perusahaan analisis data perjalanan Cirium mencatat sebanyak 43 maskapai penerbangan komersial telah bangkrut sepanjang 2020 akibat dampak pandemi virus Corona (COVID-19). Maskapai yang bangkrut itu sepenuhnya telah menghentikan operasi.

Sebenarnya, angka itu masih lebih kecil dibandingkan tahun 2019 yakni ada 46 maskapai yang bangkrut, dan di 2018 ada 56 maskapai. Menurut Analis Independen dari Sobie Aviation Brendan Sobie, tekanan pada maskapai memang sudah terasa sejak 2018, sehingga kebangkrutan di 2018-2019 lebih besar.

Sementara, di 2020 ini kebangkrutan masih bisa diatasi karena pemerintah di berbagai negara memberikan bantuan untuk menekan dampak pandemi ke maskapai. Apabila pemerintah terlambat memberikan bantuan, maka kebangkrutan akan lebih besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tanpa intervensi dan dukungan pemerintah, akan lebih banyak maskapai yang bangkrut di semester I-2020. Sebaliknya, kini jumlah kebangkrutan dapat ditekan dan sangat sedikit yang runtuh, "kata Sobie seperti yang dikutip dari CNBC, Jumat (9/10/2020).

Di lain kesempatan, Kepala Konsultan Global Cirium Rob Morris menilai, pemerintah memang tak punya jalan lain, selain memberikan bantuan pada maskapai. Namun, bantuan yang sudah diberikan itu hanya sebatas 'memperpanjang napas' maskapai. Sedangkan, prospek hingga akhir 2020 masih tak akan bagus.

ADVERTISEMENT

Ia menerangkan, maskapai pada umumnya mengais pendapatan terbesar untuk sepanjang tahun di kuartal kedua dan ketiga. Sementara, kuartal pertama dan keempat ialah periode dengan pendapatan terkecil.

"Saya biasanya menyebutkan bahwa maskapai menghabiskan musim panas untuk membangun 'peti perang'. Sehingga mereka dapat bertahan di musim dingin," kata Morris.

Namun, tujuan maskapai saat ini adalah untuk bertahan hidup dengan pendapatan berapa pun. Ia melihat hal tersebut sebagai kesalahan. Sehingga, menurutnya akan lebih banyak lagi maskapai yang bangkrut.

"Maskapai penerbangan masih berjuang dengan pendapatan dan arus kas keluar. Kami memprediksi akan banyak kebangkrutan di kuartal akhir 2020, atau paling lama di kuartal I-2021," terang dia.

Langsung klik halaman selanjutnya.

Dari 43 maskapai yang bangkrut, 20 di antaranya adalah maskapai yang hanya mengoperasikan rata-rata 10 pesawat. Sementara, sisanya adalah perusahaan penerbangan besar.

"Meskipun kami telah melihat lebih sedikit kegagalan maskapai tahun ini, jumlah maskapai penerbangan besar yang gagal lebih banyak daripada yang telah kita lihat dalam enam tahun terakhir. Jadi jelas bahwa pandemi berdampak pada maskapai besar dan menyebabkan mereka bangkrut, "kata Morris.

Berdasarkan data Cirium, secara global, ada sekitar 485 pesawat tak terbang atau nganggur. Sementara, di 2019 hanya 431, dan 2018 406 pesawat.

International Air Transport Association (IATA) memprediksi industri penerbangan akan menelan kerugian hingga US$ 77 miliar atau sekitar Rp 1.128 triliun (kurs Rp 14.661) selama kuartal II-2020. Data resmi akan rilis di akhir pekan ini. Selain itu, IATA memprediksi kerugian akan terus tercetak sebesar US$ 6 miliar atau sekitar Rp 87,9 triliun per bulannya di 2021, jika pemulihan dari Corona masih berjalan lambat.


Hide Ads