Resesi di Singapura belum berakhir pasca diumumkannya ekonomi Negeri Singa terkontraksi 7% pada kuartal III-2020. Pada kuartal I, ekonomi Singapura juga telah mengalami kontraksi 2,2% secara tahunan. Lalu pada kuartal II terkontraksi 41,2%.
Melansir CNBC, Rabu (14/10/2020), angka pertumbuhan ekonomi tersebut dirilis oleh Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura.
Kontraksi yang terjadi pada kuartal III sedikit meleset dari perkiraan sebesar 6,8% berdasarkan jajak pendapat analis Reuters.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paling tidak, kontraksi ekonomi Singapura melambat pada kuartal III tahun ini karena negara itu mengizinkan lebih banyak aktivitas untuk dilanjutkan setelah lockdown parsial.
Dalam penyesuaian musiman kuartal-ke-kuartal, Kementerian Perdagangan dan Industri menyatakan ekonomi Singapura rebound sebesar 7,9% pada periode Juli hingga September.
"Peningkatan kinerja ekonomi Singapura pada kuartal ketiga terjadi karena pembukaan kembali ekonomi secara bertahap setelah Circuit Breaker yang diterapkan antara 7 April dan 1 Juni 2020," bunyi pernyataan kementerian tersebut.
Berikut performa berbagai sektor pada kuartal ketiga:
Konstruksi mencatatkan pertumbuhan kuartal ke kuartal terbesar sebesar 38,7%. Namun pada basis tahun ke tahun, sektor ini menyusut sebesar 44,7%.
Industri penghasil jasa tumbuh 6,8% pada kuartal yang berakhir September dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, tetapi berkontraksi sebesar 8% dari tahun ke tahun.
Manufaktur mengalami pertumbuhan sebesar 3,9% kuartal-ke-kuartal dan 2% tahun-ke-tahun.
(toy/zlf)