Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan ikut memukul perajin cangkul di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Meskipun sektor pertanian masih berjalan tapi permintaan cangkul di pasaran macet.
"Sejak ada pandemi penjualan benar- benar drop. Kita hanya produksi tapi tidak bisa menjual barang, jadi COVID ini dampaknya benar - benar kami rasakan," jelas Sekretaris Kopinkra 18 Kerajinan Cangkul Dusun Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Karanganom, Supriyanto pada detikcom di rumahnya, Kamis (15/10/2020) siang.
Supriyanto menuturkan di Dusun Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Karanganom dan sekitarnya ada sekitar 70 usaha pembuatan cangkul. 70 perajin itu belum termasuk pekerjanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap perajin punya tenaga kerja 4-6 orang sehingga padat karya. Menurut Supriyanto Selama COVID-19 para perajin juga memikirkan nasib tenaga kerja, sehingga walaupun pemasaran tidak lancar tetap berproduksi.
Pandemi COVID-19 membuat penjualan terjun bebas, bahkan nol sama sekali.
" Biasanya satu bulan saya bisa menjual sekitar 1.000 cangkul tapi sejak ada COVID nol. Padahal ini mestinya sudah menjelang musim hujan," lanjut Supriyanto.
![]() |
Biasanya, kata Supriyanto, masuk bulan sembilan atau September permintaan cangkul mulai ramai, namun nyatanya tetap sepi.
Perajin, ujar Supriyanto, tidak bisa berbuat banyak sebab mungkin daya beli petani ikut turun sehingga tidak membeli alat pertanian. Untuk itu bantuan pemerintah atau pihak swasta dibutuhkan.
" Yang kita harapkan dari pemerintah saat ini adalah bantuan pemasaran. Selain itu juga modal sebab dengan kondisi saat ini jika berlangsung lama bisa gulung tikar," kata Supriyanto.
Langsung klik halaman selanjutnya