Jakarta -
Masyarakat Papua makin mudah untuk mendapatkan pekerjaan di bandara. Caranya adalah sekolah terlebih dahulu di Politeknik Penerbangan Jayapura. Sekolah kedinasan ini berada di bawah Kementerian Perhubungan.
Pada tahun 2020, Politeknik Penerbangan Jayapura akan menerima 72 siswa program afirmasi dari 29 kabupaten dan kota di Provinsi Papua.
Direktur Politeknik Penerbangan Jayapura Benny Suherman mengatakan 72 penduduk Papua yang berasal dari 29 kabupaten dan kota ini akan disebar ke tiga kelas yang masing-masing kelas sebanyak 24 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ada sekitar 72 orang yang akan diterima dari program affirmasi ini. Kami rencanakan, setelah ini pekan depan akan kita lakukan seleksi. Jadi dari 29 kabupaten dan kota akan mengirim masing-masing sebanyak 3 orang dan kami akan seleksi nanti akan dihasilkan 2 orang yang akan masuk di kampus kami," kata Benny dalam keterangan tertulis, Sabtu (17/10/2020).
Program afirmasi ini juga tertuang dalam kesepakatan bersama antara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan dengan Majelis Rakyat Papua (MRP), Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, Kabupaten Waropen, dan PT Angkasa Pura Support.
Dengan kerja sama ini, Suherman meminta pihak MRP segera menindaklanjuti mengingat kebutuhan yang ada di bandara-bandara di seluruh Papua. Proses seleksi sendiri akan selesai di akhir Oktober 2020.
"Bandara-bandara yang ada di Papua ini cukup banyak, tapi belum ditangani secara langsung oleh anak-anak asli Papua. Mudah-mudahan dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka kesempatan mereka untuk bekerja di bandara bandara yang ada di Papua bisa ditangani dari hasil program affirmasi ini," katanya.
Politeknik Penerbangan Jayapura ini terdapat tiga program studi (Prodi) Diploma 3, yaitu Manajemen Lalu Lintas Udara, Teknik Listrik Bandar Udara, dan Manajemen Bandar Udara.
Langsung klik halaman selanjutnya
Sementara itu Ketua MRP, Timotius Murib mengatakan, program afirmasi ini akan menjadi alternatif pendidikan bagi penduduk Papua yang selama ini selalu tertuju pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
"Jadi tak lagi berpikir semua harus ke IPDN, tapi sesuai dengan lapangan kerja yang ada di sini begitu banyak pelabuhan dan bandara di Papua. Ini tentu saja membutuhkan banyak SDM yang bagus, sehingga adik-adik ini kita akan mendapatkan kesempatan pendidikan di perhubungan ini. Selanjutnya kembali kerja di kampung mereka masing-masing," katanya.
Sedangkan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan Sugihardjo mengatakan, pihaknya melakukan pendekatan dua program affirmasi dengan penyerapan lulusannya ada dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, kalau untuk pola pembibitan mulai diseleksi sebagai calon taruna itu sudah mendapat alokasi sebagai ASN dengan formasinya apakah untuk aparatur pusat atau aparatur kabupaten dan kota atau bisa juga aparatur provinsi.
"Jadi sudah dibuka alokasi oleh Kementerian PAN-RB dan juga BKN tentang alokasi. Jadi mereka yang ikut tes pendidikan itu akan ditempatkan langsung sesuai dengan formasinya," lanjutnya.
"Jadi walaupun nanti misalnya ada yang sekolahnya di luar Papua, seperti Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) di Bekasi. Kalau memang alokasinya untuk Papua begitu lulus mereka akan kembali ke Papua sesuai dengan formasi," tambahnya.
Kedua, di luar jalur pola pembibitan ini yang dikembangkan melalui pola kerjasama dengan kabupaten dan kota diharapkan tentu kabupaten dan kota bisa mengirimkan dan memberikan alokasinya, sehingga pada saat lolos bisa terserap juga untuk melayani kebutuhan transportasi di kabupaten dan kota yang bersangkutan.
Di samping itu, pelayanan untuk kabupaten dan kota yang bersangkutan. Artinya formasi setelah mereka lulus beda dengan pembibitan itu adalah yang sudah langsung dialokasikan. Lulusan juga bisa bekerja di sektor sektor BUMN atau swasta, karena itu pihaknya mendorong kerjasama dengan BUMN dengan swasta.
"Jadi kerjasamanya antara 4 pihak yakni masyarakat pemerintah, termasuk pemerintah daerah kami sebagai lembaga pendidikan dan dunia industri," katanya.