Yakin Ekonomi RI Mulai Membaik, Mendag Jabarkan Hal Ini

Yakin Ekonomi RI Mulai Membaik, Mendag Jabarkan Hal Ini

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Selasa, 20 Okt 2020 06:45 WIB
Mendag Agus Suparmanto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kunjungi pusat perbelanjaan. Kedatangannya untuk tinjau protokol kesehatan di pusat perbelanjaan.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyampaikan neraca perdagangan Indonesia pada September 2020 surplus sebesar US$ 2,44 miliar. Peningkatan kinerja perdagangan tersebut disebut sebagai sinyal kembali pulihnya perekonomian nasional.

"Surplus bulan September 2020 mencapai USD 2,44 miliar. Surplus ini merupakan surplus bulanan ketujuh kalinya sepanjang tahun 2020 dan melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020," jelas Agus dalam keterangannya, Selasa (20/10/2020).

Agus menegaskan, peningkatan surplus perdagangan tersebut terutama disebabkan surplus nonmigas menjadi USD 2,91 miliar. Komoditas penyumbang surplus pada bulan September 2020 tersebut antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15); bahan bakar mineral (HS 27); serta besi dan baja (HS 72). Sementara itu, negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina menyumbang surplus nonmigas terbesar selama September 2020 yang jumlahnya mencapai USD 2,13 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ekspor September 2020 Menguat Pada September 2020, nilai total ekspor Indonesia mencapai USD 14,0 miliar, tercatat sedikit di atas rata-rata nilai ekspor awal tahun 2020 (Januari-Maret) yang sebesar USD 13,9 miliar per bulan. Peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada September 2020 sebesar 7 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) ini didorong adanya kenaikan ekspor migas (17,4 persen MoM) maupun nonmigas (6,5 persen MoM).

"Ekspor Indonesia menunjukkan tren penguatan setelah mengalami kontraksi terdalam pada Mei 2020 akibat dampak negatif pandemi COVID-19. Peningkatan ekspor nonmigas bulan September 2020 disebabkan oleh melonjaknya ekspor sektor pertanian dan industri, masing-masing sebesar 20,8 persen dan 7,4 persen MoM," katanya.

ADVERTISEMENT

Produk ekspor pertanian yang meningkat pesat pada September 2020 dibandingkan Agustus 2020 adalah sayuran (naik 80,3 persen), buah-buahan (naik 13,8 persen), serta kopi, teh dan rempah-rempah (naik 25,8 persen). Sementara itu, produk utama sektor industri yang meningkat pesat di antaranya besi dan baja (naik 32,5 persen), kendaraan dan bagiannya (naik 28,3 persen), serta lemak dan minyak hewan/nabati (naik 13,1 persen). Secara umum, ekspor nonmigas Indonesia ke pasar utama pada September 2020 turut meningkat.

Perbaikan kinerja ekspor bulanan Indonesia sejak Juni hingga September 2020 sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian global. Sebagai contoh, Singapura yang merupakan hub perdagangan bagi Indonesia di pasar global mengalami pertumbuhan yang lebih baik di triwulan III 2020 dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun masih tumbuh negatif.

Membaiknya perekonomian global juga tercermin pada proyeksi IMF pada World Economic Outlook yang dirilis pada Oktober 2020, yang merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 dari sebelumnya -4,9 persen menjadi -4,4 persen.

Faktor yang mendorong mulai membaiknya perekonomian global, antara lain adalah mulai diakhirinya karantina wilayah (lockdown) ataupun diterapkannya lockdown parsial, serta pemulihan ekonomi RRT yang lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya. Impor Bahan Baku dan Penolong pada September 2020 Meningkat Sementara itu, impor bulan September 2020 tercatat sebesar USD 11,6 miliar atau naik 7,7 persen dibandingkan Agustus 2020.

"Peningkatan impor diakibatkan oleh kenaikan impor bahan baku/penolong dan barang modal. Peningkatan kedua kategori barang ini merupakan indikasi bahwa industri dalam negeri kembali bergeliat dan diharapkan mendukung kinerja ekspor pada bulan selanjutnya," jelas Agus.

Bahan baku/penolong yang mengalami peningkatan antara lain biji gandum, gula mentah, dan besi/baja paduan mengandung kromium. Peningkatan impor biji gandum dan gula seiring dengan industri makanan dan minuman yang masih tumbuh selama tahun 2020. Sementara itu, barang modal yang mengalami peningkatan adalah tanur/oven listrik industri, kapal, dan tanker.

Secara kumulatif, nilai impor Januari-September 2020 mencapai USD 103,7 miliar yang didominasi impor nonmigas sebesar USD 93,1 miliar atau dengan pangsa sebesar 89,8 persen. Impor nonmigas periode Januari- September 2020 turun 16,0 persen YoY, sedangkan volume impornya turun 5,5 persen YoY. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya aktivitas perekonomian domestik yang mengandalkan pasokan dari impor tidak terkontraksi terlalu dalam.

"Perkembangan kinerja ekspor maupun impor Indonesia pada Juli-September 2020 yang cenderung menguat merupakan indikasi kuat bahwa perekonomian Indonesia akan segera kembali pulih dan titik kritis dampak negatif pandemi Covid-19 telah berlalu. Selain itu, sektor perdagangan luar negeri akan menjadi salah satu penopang membaiknya perekonomian Indonesia pada triwulan III 2020," pungkas Mendag Agus.


Hide Ads